Membincangkan Masa Depan Literasi di Obelia

https://www.instagram.com/p/CxvMLjBRRG6/?hl=en

Kalau ada yang bertanya, di mana kejutan gemar berkeliaran: tempat ilmu pengetahuan ditulis dan disiarkan adalah salah satunya.

_____

Obelia, penerbit (di) Medan yang konsisten menerbitkan buku-buku penulis Sumatra Utara sejak 2016, menghadirkan Benny Arnas dalam Cakap Asyik, gelar wicara rutin yang dipandu Hasan al Banna, sastrawan sekaligus pengkaji bahasa di Balai Bahasa Sumatra Utara, pada Jumat sore (29–9–2023).

Digelar di halaman Kede Buku Obelia (begitu markas penerbit sekaligus penjualan buku Obelia dinamai), kegiatan yang dipadati peserta dari berbagai latar belakang, dari pencinta buku, seniman, hingga, tentu saja, pembaca ini, berlangsung hangat dan seru.

Benny Arnas dengan jujur menyatakan bahwa Benny Institute, komunitas yang ia dirikan pada 2012, mulanya tidak menjadikan penerbitan buku sebagai sumber kas. “Namun, seiring waktu, saya menemukan banyak naskah dengan materi bagus yang rasanya mustahil dilirik (penerbit) Mayor,” katanya kemudian. “Sastra dan kebudayaan lokal adalah salah duanya,” lanjutnya.

Benar saja, sampai hari ini Benny Institute rutin menerbitkan buku-buku dengan materi—dan penulis—lokal. “Kalaupun tidak laris,” kata Benny, “kami tidak membuat kami nombok. Selalu ada pembaca lokal, mahasiswa misalnya, yang membutuhkan buku cerita rakyat, misalnya, untuk penelitian mereka.”

Alha Muhsi, co-founder Obelia, bercerita bagaimana susahnya mencari materi—dan penulis—lokal. “Kami mau saja mengorbitkan nama lokal,” katanya, “tapi materinya tidak ada,” tegasnya membuat gerr suasana.

Acara itu bergulir ke berbagai topik. Dari etos menulis Benny Arnas, Story by 5 alias menulis yang ia rilis, hingga cerita tentang lingkungan kreatif—termasuk film—di Medan dan Lubuklinggau.

“Public Policy,” ungkap Benny, “kerap jadi tembok bagi sumber daya dan inovasi yang sudah kita upayakan.” Kemudian Benny mengajak pegiat literasi dan seniman untuk tetap mencoba membangun komunikasi dengan Pemda sebagai pengambil kebijakan. “Coba dulu,” katanya. “Cocok, lanjut. Nggak, tinggalin,” lalu ia pun tertawa, lalu tawa hadirin pun pecah.

Tidak selamanya acara kesenian, termasuk dunia buku dan penerbitannya, menghasilkan luaran saat itu juga. Termasuk acara di Obelia beberapa hari yang lalu itu. Silaturahim dan kerja kebaikan kerap sekali punya cara kerjanya sendiri. Kalau ada yang bertanya, di mana kejutan gemar berkeliaran: tempat ilmu pengetahuan ditulis dan disiarkan adalah salah satunya.(*)

 

Benny ArnasBukuLiterasi
Comments (0)
Add Comment