education.art.culture.book&media

Malaikat Tak Bersayap

Namaku Ardan Resti Argani biasa dipanggil arga. Saya lahir dari keluarga yang sederhana. Bisa dibilang berpenghasilan pas-pasan. Ibuku bekerja sebagai buruh cuci keliling dan ayahku mengadu nasip dipulau sebrang sebagai satpam diperumahan, tetapi belakangan ini ayahku tidak memberikan kabar dan tidak pernah pulang. Jadi ibuku menjadi tulang punggung keluarga yang harus menafkahi dua orang anak, yakni aku yang masih berusia 11th dan adikku 6th yang bernama elvan.
Pada hari itu hujan begitu deras diiringi dengan petir yang menggelegar terdengar suara hemburan angin yang begitu kencang, hanya ada aku dan adikku dirumah sementara ibuku masih bekeliling dari desa ke desa untuk menawarkan jasa cuci kelilingnya.
Adikku:”kak aku takut!!” ucapnya sambil memelukku dengan erat
Aku:”jangan takut ya, kan ada kakak” ucapku sambil mengusap kepalanya
Tak lama kemudian ada suara ketukan pintu.
Tok…Tok…Tok
Aku:”wah ibu pulang dek” sahutku sambil berjalan menuju pintu
Adikku:”ah, iya kak ayo cepat buka pintu kak nanti ibu kedinginan” sahut adikku dengan wajah gembira
Ibu:”assalamualaikum, wah udah pada nunggu ibu pulang ya! Ya udah ini ibu bawakan makanan kesukaan kalian, nanti kita makan sama-sama ya!!. Ucapnya sambil berjalan menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya yang basah kuyup.
Aku dan adikku:”ye, kita makan enak hari ini”.
Dan kami bertiga makan bersama, hal seperti ini sudah menjadi hal yang biasa satu bungkus nasi kami bagi bertiga. Hal seperti ini biasanya membuat kami semakin akrab dan harmonis, aku sangat bersyukur memiliki seorang ibu yang tangguh, ibu yang pntang menyerah dan ibu yang sangat mulia.
Keesokan harinya aku bangun lebih awal dari ibuku dan akupun langsung bergegas untuk membersihkan rumah agar aku bisa sedikit meringankan pekerjaan ibuku. Setelah semuanya sudah beres aku membangunkan ibuku, saat kupegang tangan ibuku terasa panas dan tubuhnya kelihatan menggigil dan akhirnya aku memberanikan diri untuk membangunkannya.
Aku:”bu….ibu… bangun bu sudah pagi!”ucapku
Ibu:”ehm….. iya nak..” ucap ibu
Aku:”bu, badan ibu kok panas. Ibu sakit ya” ucapku dengan cemas
Ibu:”enggak kok nak ini Cuma demam biasa nanti juga sembuh sendiri. Mungkin karena kemarin ibu kehujanan jadi agak demam” ucapnya sambil berjalan menuju kedapur.
Aku:”bu inikan hari minggu, bagaimana kalau aku membantu ibu mencuci”. Ucapku.
Ibu. “ tidak usah kak, biar ibu saja kakak di rumah aja jagain adik ya…” jawabnya sambil menoleh ke arahku.
Aku:”tapi kan hari ini kondisi ibu kurang fit” ucapku lagi sambil meminta belas kasih.
Ibu:”kak ini sudah menjadi tanggung jawab ibu, gini aja kamu gak perlu bantuin ibu kerja kakak fokus sama pendidikan aja dan sekolahnya yang rajin ya biar kelak kalu dewasa bisa jadi orang sukses ibu pasti bangga. Katana ingin membahagiakn ibu ya jadi kakak harus belajar yang rajin ya jangan kecewain ibu. Ibu yakin kakak pasti bisa.. semangat ya kak !” ucapnya sambil memegang kedua pundakku
Aku:”ibu….. Maaf ya bu kakak belum masih sering nyusahin ibu. Tapi aku janji jika aku sudah dewasa aku akn membahagiakan ibu…” jawabnku sambil meneteskan air mata dan memeluk ibuku….
Berbicara mengenai sosok seorang Ibu memang tak akan pernah ada habisnya. Kepeduliannya, perhatiannya, kasih sayangnya yang juga tiada habisnya diberikan kepada anak-anaknya. Begitu mulianya seorang Ibu, ia tidak pernah lelah mendidik kita, mengajarkan kita pada kebaikan. Pelukannya yang sangat nyaman itu mampu menghilangkan kegelisahan, sentuhannya yang lembut juga mampu menenangkan hati.
Beribu kata pujian terucap pun terasa belum cukup menggambarkan kesempurnaanmu Ibu, kau bagai malaikat tanpa sayap yang diciptakan Tuhan ke bumi ini untuk membawa kedamaian.
Ardan Resti Argani 2019026/ Bahasa Indonesia/STKIP-PGRI Lubuk Linggau.

Comments
Loading...