MADRASAH PERTAMA

MADRASAH PERTAMA

Karya Septa Mila Sari

 

Seperti yang kita tahu, keluarga adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Seorang anak mempelajari tentang segala sesuatu dimulai dari ranah informal. Ketika sekolah menjadi salah satu tempat bagi anak untuk menuntut ilmu dunia, maka keluarga seharusnya menjadi tempat bagi anak untuk menuntut segala bidang ilmu, baik ilmu dunia ataupun ilmu akhirat. Secara tidak langsung, pendidikan dalam keluarga kebanyakan lebih banyak ditunggangi oleh seorang ibu yang berarti ibu adalah guru pertama bagi anak. Seorang ibu berperan sangat penting dalam membentuk karakter anak, didikan seorang ibu dapat menjadi pedoman bagi anak untuk menyikapi dan menghadapi tantangan globalisasi ketika ia dewasa nanti.

Sejatinya, tiada yang lebih berharga bagi seorang anak selain kasih-sayang seorang ibu. Namun, dewasa ini sudah begitu lazim  pemandangan ibu-ibu yang memberikan contoh yang salah, ibu-ibu yang sibuk di luar rumah, ibu-ibu yang lebih memilih untuk sibuk bekerja ataupun shopping bersama teman-teman sosialitanya sementara pendidikan anaknya hanya diserahkan pada guru di sekolah ataupun guru di tempat les. Sedangkan pendidikan dan kehidupan anak dalam rumah diserahkan pada asisten rumah tangga ataupun neneknya. Padahal peran utama seorang ibu dalam kehidupan seorang anak adalah pendidikan dan pembentuk kepribadian. Seorang ibu seharusnya menjadi bahu sandaran bagi seorang anak, menjadi pemikir yang  berpola pikir lebih modern dibanding seorang anak agar jika seorang anak mengalami konflik, seorang ibu dapat menjadi sahabat anak dalam memecahkan konflik tersebut.

 

Kurangnya perhatian seorang ibu dapat menjadikan anak berperilaku tak seharusnya. Seperti yang sering kita temukan saat ini, banyak anak-anak yang dewasa sebelum waktunya, narkoba, tawuran dan melakukan hal-hal yang negatif sebab rasa penasarannya sementara tak ada tempat bagi anak tersebut bertanya ataupun mencari jawaban atas rasa penasarannya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian dan kepedulian seorang ibu dalam kehidupan seorang anak.

Ada dua faktor yang dapat menjadi penyebab utama seorang ibu lupa akan kewajiban yang seharusnya dipenuhi oleh seorang ibu. Faktor-faktor tersebut yaitu kurangnya pengetahuan seorang ibu tentang betapa pentingnya tugas dan peran seorang ibu dalam membentuk kepribadian anak, faktor selanjutnya adalah tuntutan dunia pada zaman globalisasi seperti saat ini yang secara tidak langsung memaksa manusia memegang gaya hidup individualis dan hedonisme, termasuk seorang ibu.

Namun, tak seluruh ibu menjadi contoh yang tidak baik bagi anak. Contohnya sosok ibu dari seorang mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau yang bernama Sandi Wan Putra. Bagi Sandi, ibu adalah segalanya. Sosok ibu menjadi penguat dan menjadi pegangan bagi Sandi dalam menjalani kehidupan. Satu nasihat yang selalu Sandi ingat yaitu untuk jangan meninggalkan shalat. Seperti yang kita ketahui bahwa tanggal 22 Desember yang diperingati sebagai hari ibu sedunia. Namun bagi Sandi, tiada hari ibu sedunia sebab baginya setiap hari adalah hari ibu.

 

Lubuklinggau, 23 Desember 2018

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments (0)
Add Comment