Lika-Liku Perjalanan Rina (Tugas BWC #3)

Lika-Liku Perjalanan Rina

         Namaku adalah Marina Elisa, orang-orang biasanya memanggilku rina. Umurku 19 tahun, kata orang aku adalah seorang gadis cerewet dan jail. Aku adalah seorang mahasiswa muda, sekarang aku tengah menempuh pendidikan di STKIP PGRI Lubuklinggau.

Ibu Tak ada kata yang dapat menggantikan nya, seorang perempuan yang begitu mulia, sangat tulus dalam kehidupan ku, seorang bidadari tak bersayap yang tuhan titipkan kepadaku untuk ku jaga,hormati dan sayangi tak ada kata yang lebih istimewa dibandingkan kata Ibu. Semua yang dilakukan nya begitu Ikhlas dan tak mengharap balasan serta tuntutan atas apa yang ia beri semua itu benar-benar murni dan tulus dari hatinya. Aku selalu berdo’a kepada sang kuasa agar ibu selalu dalam lindungannya, diberikan kesehatan serta anugerah yang takterhingga. Orang yang paling berharga dalam hidupku yang akan selalu jadi peri pelindung, kini, nanti dan selamanya, sampai akhir hayatnya.

            Tak pernah ada kata mengeluh yang keluar dari bibirnya saat aku tak mendengar apa yang dia perintahkan dan walaupun masa kecilku selalu keras kepala saat ibu memarahi ku, aku tetap pada keegoisanku semua itu kulakukan tanpa memikirkan apa yang ibu rasakan. Dibalik semua itu aku sadar bahwa selama ini apa yang aku lakukan itu tidak benar dan nyatanya ibu kan tetap begitu mencurahkan kasih dan sayang nya hingga akhir hayatnya. Aku sayang ibu, aku berjanji idak akan mengecewakan mu ibu, tak akan membuat ibu marah padaku, dan aku akan menjadi anak yang bisa ibu banggakan suatu saat nanti. Aku sayang ibu.

            Kalian tau apa yang aku lakukan itu, semua itu adalah bentuk kasih sayang yang kuberikan padamu ibu dan ayah ku. Semua itu kulakukan karena aku ingin merasakan apa yang ibu rasakan saat ingin mencari sesuap nasi demi untuk menafkahiku dan keluarga, Tak ada hal yang ibu dan ayah ucapkan saat aku meminta uang untuk keperluan ku. Dan semua itu ibu dan ayah lakukan hanya untuk aku dan keluarga. Ibu dan ayah rela mencari uang dengan menanam kopi yang prosesnya tidaklah mudah bahkan tidak semuda apa yang orang-orang bilang, mulai dari membersihkan lahan,menanam bibit, memberi pupuk dan merawat seraya anak sendiri, serta menunggu berbulan-bulan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

            Tak banyak yang bisa aku bantu dan janjikan kepada ayah dan ibu atas apa yang telah kalian beri kepadaku, aku sadar bahwa aku sering membuat ibu dan ayah susah karena keperluanku. Aku belajar banyak saat merasakan bagaimana ayah dan ibu memetik buah kopi, yang terkadang banyak hewan atau serangga kecil yang datang menyerang saat ibu dan ayah ingin memetik kopi. Tapi kalian rela melakukan itu hanya untuk keluarga, belum lagi kalau saat malam hari hujan dan paginya ibu dan ayah ingin memetik buah kopi tak ayal baju yang ibu dan ayah gunakan basah, saat matahari begitu terik ibu dan ayah tak pernah menghiraukan nya bahkan terus memetik kopi sampai hari sudah menjelang petang dan senja pun mulai menyapa.

            Sma, masa-masa dimana terdapat suka dan duka yang datang silih berganti, tak ada masa yang lebih istimewa diabandingkan masa sma, masa diamana aku sibuk mencari jati diri, dan kesenangan yang membuat bahagia, tak perduli apa yang orang lain rasakan. Masa sma ku begitu indah, yah indah menurutku karena dimasa itu aku dikelilingi oleh orang yang sangat perduli dan sayang kepadaku. Masa itu merupakan masa dimana aku seorang gadis yang begitu tenang berjalan tanpa ada hambatan, aku bukanlah seorang anak yang supel dan mudah bergaul, dan aku malah kebalikannya.

            Yah, mungkin tak banyak yang mereka tau tentang aku, mereka hanya kenal tapi tidak mengetahui seberapa jauh tentang diriku. Aku adalah seorang gadis yang pendiam dan tidak banyak berteman, aku memiliki sahabat yang bisa menerimaku apa adanya dan bisa menutupi kekurangan ku.Alhamdulilah waktu sma walaupun aku anak yang pendiam dan memiliki sahabat yang baik dan perduli , kami meraih prestasi karena kekompakkan kami dalam belajar, aku dan sahabat-sahabatku menduduki peringkat 10 besar dikelas dan anehnya lagi aku dan sahabat –sahabatku itu menjadi sentral dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aku menjalani hari-hariku dengan baik dan saat tiba waktunya dimana tak terasa waktu sma akan segera usai dan akan segara berlalu. Saat pagelaran seni tiba, aku termasuk anak yang bingung untuk memilih apa yang akan kuperagakan saat pagelaran itu dan akhirnya aku dan sahabat-sahabat ku memilih untuk menampilkan tarian, padahal aku tidak ada bakat sedikit pun tentang tari. Tapi, karena dukungan dari sahabt-sahabataku itu aku pun akhirnya bisa karena kami berlatih sekeras mungkin dan Alhamdulillah akhirnya aku bisa.

            Setelah lulus dari sekolah menengah umum aku berpikir untuk melanjutkan sekolah dijurusan keperawatan semua itu kulakukan karena aku ingin melanjutkan pembelajaran ku mengenai dunia kesehatan sejak aku mengikuti ekskul pmr di sma dan dukungan dari orang tua terutama ayah yang memberi semangat dan suportnya kepadaku.Tapi, semua itu tidak menjadi kenyataan melainkan hanya iamjinasi yang tertunda. Karena aku berpikir apabila aku ingin melanjutkan pendidikan didunia keperawatan aku berpikir seribu kali demi keluarga dan orang tuaku aku tak ingin membuat mereka menderita dan bersusah paya. Walaupun ayahku saat itu berjanji dan ingin berusaha sekuat mugkin jika itu memang keinginanku. Sekali lagi aku tegaskan bahwa aku tak ingin menyusahkan mereka, aku tak ingin kalau cita-citaku itu hanya menjadi beban bagi mereka.

            Saat detik-detik pendaftaran tiba aku pun meyakinkan kedua orang tuaku terutama ayah ku untuk tidak melanjutkan pendidikan disekolah perawat itu. Dan lagian aku juga punya cita-cita lain yaitu guru bagiku profesi guru juga tak kalah mulia dengan perawat dan saat aku sma pula akupun mulai menggemari pelajaran bahasa terutama saat aku duduk dibangku sma kelas tiga,aku senang dengan cara guru bahasaku mengajar dan aku sering memperhatikannya dan syukurlah aku menjadi tertarik dengan pelajaran bahasa Indonesia.Mulai saat itu aku berpikir ingin melanjutkan pendidikan di STKIP PGRI Lubuklingggau dengan mengambil jurusan bahasa dan seni dan prodi bahasa Indonesia.

            Hari pun begitu cepat belalu dan tibalah saat nya aku memasuki kuliah semester tiga dan saat itu aku masih menjalani kehidupan layaknya anak-anak perkuliahan pada umumnya. Tapi aku merasakan bahwa apa yang aku rasakan itu mulai membosankan dan timbullah ide ku kalau aku ingin berkerja untuk mencari uang sendiri walau pun awalnya dilarang oleh orang tua karena takut mengganggu aktifitas kuliah ku. Disini mulailah tekadku untuk meyakini kedua orang tua ku bahwa aku bisa dan bisa menghadapi dan mengatasi apa yang mereka khawatirkan terhadapku.

            Berbagai problema yang kuhadapi mulai dari meyakinkan orang tua dan meyakinkan diri sendiri apakah aku mampu dan yakin dengan keputusan ku ? yah hatiku pun menjawab dan seraya memberontak bahwa aku pasti mampu dan bisa. Pada akhirnya karena tekad ku sudah bulat akhirnya keduaorang tuaku pun setuju dan mengizinkan aku untuk berkerja.

            Awalnya aku sempat gundah dan resah karena aku berpikir hanya bermodalkan ijazah sma apakah aku bisa? Sekali lagi hatiku pun terus merontah dan seraya berkata aku bisa. Akhirnya aku pun berusaha untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan ijazah dan pendidikan ku, Alhamdulillah aku akhirnya mendapatkan pekerjaan walaupun hanya menjadi pengajar disekolah paud.

            Saat awal mengajardi paud aku benar-benar tidak tau apa-apa dan bagaimana tidak? Tak pernah aku bayangkan sebelumnya jika aku akan mengajar anak-anak kecil dan berkecimpung didalamnya Awalnya smua itu terasa aneh dan terlihat berbeda, namun seiring dengan berjalannya waktu lama-kelamaan hal itu menjadi biasa bagiku dimana aku harus mengerti tentang perasaan anak-anak dan memahami apa yang mereka maksud. Hal ini tak pernah aku bayangkan sebelumnya semuanya berjalan dengan sendirinya.

            Dengan proses yang tidak mudah,terlihat sepeleh tapi didalamnya begitu banyak hal yang harus diperhatikan dan dipahami oleh seorang guru Paud dalam mengajari dan membimbing anak usia dini tersebut. Hari demi hari terus berganti dan semua itu kulalui dengan ikhlas dan bermodalkan niat yang tekad untuk mencerdaskan anak bangsa itulah niatku, syukurlah semuanya berjalan mengalir seiring air yang akan jatuh terun kelembahnya.namun, tak ada kata menyesal saat aku bergabung dan memutuskan untuk mengajar di paud semuanya telah kulalui.

            Bahkan halangan dan rintangan yang menghadang pun telah aku lewati, aku bukanlah tenaga pengajar yang profesional tapi walaupun begitu aku tak pernah putus asa untuk belajar dan tetap mawas diri. Bahkan masukan-masukan yang diberikan atasan kepadaku selalu kuterima demi memperbaiki diri agar menjadi lebih baik lagi kedepannya.

            Menjadi guru paud tidak lah semuda membalikkan telapak tangan,aku terus belajar dan belajar karena ku sadar bahwa aku bukan tenaga profesional. Ini adalah hal yang membahagiakan bagiku karena dalam tahap inilah aku menjadi mengerti bagaimana menjadi seorang guru yang harus digugu dan ditiru. Awal pertama aku mengikuti rapat dan undangan dari dinas yaitu dalam rangka memperinngati hari anak nasional yaitu yang diadakan digedung kesenian kota Lubuk linggau.

            Hari itu aku dan rekan-rekan kerjaku mendapat tugas untuk melatih peserta didik untuk menari padahal aku sendiri tidak bisa menari. Syukurlah ada rekan kerjaku yang lain bisa menari. Walaupun tidak terlalu pandai dalam dunia tari aku berusaha untuk membantu rekan kumelatih gerakan tari,tugasku disini melihat kekompakkan yang ada.Bagiku itu adalah anugerah terindah yang allah titipkan kepadaku melalui kehadiran anak-anak kecil yang selalu membuat senyum dihatiku walaupun terkadang tingkahnya yang sering menguji kesabaran dan keikhlasan yang begitu amat mendalam dalam sanubari yang ada dilubuk hati.Dengan berjalannya waktu akhirnya anak-anak yang kamilatih mulai memahami gerakan dan ketukan saat tarian dimulai sampai berakhir. Semua itu tidak instan melainkan dengan proses dan tahap yang terus dikejar dan menjadi tantangan tersendiri. Alhamdulillah semua itu akhirnya berjalan dengan lancar anakku bisa meraih juara saat lomba dan meraih juara harapan tiga dengan tarian Nirmala

   Tak terasa setahun sudah ku berkerja menjadi guru Paud, perasaan ku berkata ahmasasih. Dan ternyata ini realitanya bukan ilusi ataupun hayalan semata yang menjadi bayangan yang tak berarti bagi hidupku tetapi justru kebalikannya. Semuanya bak sebentar saja padahal tak mudah untuk bertahan dan memulainya dengan indah.saat aku sosialisasi pertama yng belum pernah kurasakan sebelumnya ini.

         Allah memang maha pelindung dan maha segalanya bagiku, dari yang awalnya hanya angan dan hayalan kini menjadinyata dan terwujud dengan adanya. Tak ada alasan dan maksud tertentu mengapa aku jadi suka dengan hal yang kugeluti ini melainkan hanya sebuah pengorbanan yang terus kulakukan demi hidupku sendiri yang tak ingin sedkit-sedikit menyusahkan orang tua. Dari sini aku belajar bahwa kita hidup ini tak sendiri tapi banyak mereka yang sebenarnya peduli jika kita memilih terbuka kepada mereka. Semua berjalan apa adanya dan semestinya semua yang kulalui sesuai dengan apa yang aku inginkan dan berjalan. Ada satu harapan yang hadir dalam benak ku seraya berkata kamu bisa dan dirimu akan sempurna. Seperti puisi yang selalu bernyanyi didalam sanubari yang terus berulang seraya burung berkicau riang yang memberikan ku semangat yang menggebu-gebu tiada henti untuk berjuang menyelesaikan kuliah agar tidak menjadi beban dan pikiran orang tua.

       Aku sayang keluargaku, bagiku tak ada yang lebih sempurna dibandingkan keluarga aku tak ingin mengecewakan mereka orang-orang yang selalu memotivasi dan mendorong ku untuk maju dan meraih impian dimasa depan yang gemilang.

SELESAI

Nama: Marina Elisa

Usia: 19 Tahun

Pekerjaan: Mahasiswa

Hubungan denganmu: Teman

 

Comments (0)
Add Comment