education.art.culture.book&media

11 Fakta Menarik Novel “Bulan Madu Matahari”

Dapat dikatakan, Benny Arnas tidak pernah woro-woro bahwa tahun ini ia akan menerbitkan buku lagi. Atau … kalaupun ada, justru banyak yang mengira kalau tahun ini dia justru akan merilis novelnya yang lain. Lho kok bisa? Ya, bisa, sebab ternyata Bulan Madu Matahari (BMM) ternyata mengandung sejumlah fakta menarik berikut lho!

1. Uji Formula Kelas Novel

Tahun 2020 sudah Benny niatkan sebagai tahun untuk istirahat sejenak dari penerbitan bukunya. Benny sedang berkonsentrasi untuk menyusun model kelas menulis novel berbayar yang rencananya diselenggarakan Benny Institute pada April tahun ini. Tapi … mengingat, Benny sendiri adalah seorang otodidak tulen, ia pun merasa perlu menguji formula tersebut. Taraaa. Lahirlah BMM!

Karena pandemi Covid-19, kelas novelnya sendiri akhirnya ditangguhkan sampai waktu yang belum ditentukan. Kabarnya, ia sedang menyusun modul baru untuk kelas daring (digital). Wahhh ditunggu banget ini!

 

2. Ditulis dalam 3 Hari, Diedit 3 bulan

Ditulis 3 hari lho!

Apakah uji coba di atas sukses?! Iya donk! Saking suksesnya, BMM ditulis hanya dalam 3 hari. Ya, 3 hari! Wah, apa nggak penasaran dengan bagaiman metode menulisnya Benny?

Beberapa saat sebelum artikel ini tayang, beredar di Instagram @bulanmadumatahari kalau BMM diedit dalam 2,5 bulan. Tapi ketika kami mengonfirmasi ke Benny, kalau tangkapan layar yang beredar itu untuk draf 41, tapi BMM versi fiks adalah draf 42. “Sekitar 3 bulan waktu ngeditnya. Dan itu intens sekali!”

 

3. Ditulis di Aplikasi Note Ponsel

Ya Allah, ternyata BMM yang rampung dalam 3 hari itu, ditulis Benny menggunakan Aplikasi Note saja. Tapi hanya menulis ya. Benny mengaku, dia belum percaya diri melakukan penyuntingan/pengeditan di ponsel, jadi ia melakukannya di laptop. “Menyunting itu orientasinya “kesempurnaan”, bukan hanya “selesai” sebagaimana dalam proses menulis, katanya.

 

4. Direvisi hingga 41 kali!

Revisi tiada henti!

Ya bener banget! Naskah BMM mengalami perbaikan hingga 41 kali alias Benny Arnas baru menemukan bentuk terbaiknya pada draf 42. Nah lho, buat kamu-kamu yang baru kelar nulis trus malas baca ulang dan langsung menganggap karyamu itu masterpiece, yuk ah diipikir-pikir lagi!

 

5. Tanpa Editor dan Pemeriksa Bahasa

Tampilan halaman terbit Hayya, novel mutakhirnya tahun lalu yang ditulis bersama Helvy Tiana Rosa. Tanpa penyunting!

Ya, memang hampir semua buku Benny tidak menggunakan jasa editor dan proof reader sih. Mungkin itu pula yang menyebabkan novel ini mengalami 41 kali revisi.

Benny “bekerja” dengan sangat perfeksionis. Baginya, penulis yang baik adalah yang menyunting sendiri karyanya. Penulis harusnya malu kalau karyanya mengalami banyak koreksian dari pihak penerbit atau editor, meskipun ada juga sebagian penulis yang malah bangga dengan hal tersebut.

 

6. Merekam Sendiri Bab-bab Novelnya

Tampilan salah satu bab versi suara

Ya, Benny “niat” sekali dengan proyek indie-nya ini. Ia merekam sendiri semua isi novel. Ia melakukannya satu bulan penuh antara Maret-April 2020.

Kabarnya, proses pembacaan langsung inilah yang menghasilkan draf 42 sebab Benny menemukan sebuah fakta unik bahwa membacakan karya dalam suara yang terdengar adalah salah satu bentuk penyuntingan efektif untuk merasakan kewajaran narasi dan dialognya. Hmm, ilmu baru gak nih?

 

7. Novel Indie Pertama


BMM menjadi sangat spesial karena ini adalah novel indie pertamanya. Ah masak? Hmm, sebenarnya Hayya (2019), secara pemasaran, juga menggunakan sistem indie karena hanya bisa didapatkan di jaringan Aman Palestin dan toko buku daring. Dan sukses naik hingga cetakan ketiga dalam dua bulan dengan 11.000 eksemplar.

Tapi … indie bagi Benny, bukan sekadar jalur pemasaran, tapi juga tentang kebebasan dan keterlibatan penuhnya dal menulis, menentukan format karya, metode promosi, bentuk fisik buku nantinya, hingga strategi pemasarannya.

 

8. Menggunakan Produser

Bersama pasangan produser BMM

Berbeda dengan penerbitan pada umumnya yang menggunakan istilah publisher atau bahkan investor, BMM memiliki produser. Nik Khusairie dan Lara Hassan adalah pasangan seniman yang tinggal di Malaysia yang “pertama kali” menemukan BMM dan langsung tertarik hanya dengan membaca satu halaman pertama subbabnya. Wahhh!

Produser bertanggungjawab terhadap semua urusan praproduksi hingga pemasaran dengan tetap melibatkan penulis. Saat ini pasangan produser ini sedang menata isi buku untuk versi cetaknya.

 

9. Bab Superpendek

Dari daftar isinya yang cantik ini, kebayang ya kalau tiap subbabnya bakal ringkas-ringkas

Ini perlu diketahui oleh para (calon) pendengar novel audio ini. BMM terdiri dari 127 bab. Semua bab HANYA berisi satu paragraf. Ya, satu paragraf. Sekitar 80% babnya malah hanya memakan satu halaman. Nah, jangan heran kalau bab-babnya hanya mengudara selama 1-3 menit ya.

Format ini sendiri bukan kali pertama Benny terapkan. Ia juga memakai siasat yang mirip dalam menulis novel “Curriculum Vitae” yang memenangkan Sayembara Menulis Novel DKJ 2016. Udah baca belum? “Tapi, BMM adalah proyek spesial saya!” kata Benny percaya diri, seakan-akan menolak BMM dibandingkan dengan novelnya terdahulu.

 

10. Terinspirasi dari Kisah Nyata

Yes, he’s the story owner!

BMM menjadi sangat “relate” dengan Benny karena pada dasarnya, batang ceritanya adalah kisah nyata teman dekatnya. Siapa sih doi? Benny sendiri berjanji akan membuat sesi tersendiri membahas tentang ini sebagai materi jeda selama penayangan BMM secara digital. Sedikit informasi yang kami dapatkan, temannya tersebut adalah pemuda kelahiran Muratara, Sumatra Selatan, yang berkarier di Jakarta. Wahh apa gak makin penasaran ya?

 

11. Memiliki 9 First ReaderSepertinya ini salah satu rahasia keberhasilan Benny merilis buku-bukunya. Ia memiliki 9 (sembilan) first reader yang dibaginya dalam tiga kategori; penulis yang kritikus, pembaca yang kritis, dan awam. Ketiga kategori ini biasanya akan ia tanyai dulu apakah sanggup membaca dalam waktu yang ditentukan.

Selain bisa memegang rahasia drafnya, Benny membutuhkan komiten sebab draf buku adalah harta penting bagi seorang penulis. Ketiga kelompok di atas lalu berdiskusi denganny secara terpisah untuk membicarakan drafnya dari banyak sisi. Hmm, kalau kamu punya berapa orang first reader?

 

PENUTUP
Nah, yuk kita simak hasilnya di novel audionya. Siapa tahu bisa bermanfaat. Tapi sebelumnya, pastikan kamu sudah follow akun medsos atau platform digitalnyq biar nggak ketinggalan (lihat foto). Yuks!

Comments
Loading...