education.art.culture.book&media

Biografi

Benny Arnas lahir di Lubuklinggau, Sumatera Selatan, 8 Mei 1983. Ia menulis (sastra) pada tahun 2008 ketika berusia 25 tahun. Pengujung tahun tersebut, cerpen pertamanya Dua Beranak Temurun dimuat Kompas. Setelah itu, cerpen-cerpennya merambah ke Koran Tempo, Jawa Pos, Republika, Horison, Media Indonesia, dll.

Penghargaan pertamanya dalam dunia mengarang adalah Esais Terbaik Sumatera Selatan lewat eseinya Kerlip Cahaya dari Lereng Siguntang (2008). Lewat cerpennya Tentang Perempuan Tua dari Kampung Bukit Batu yang Mengambil Uang Getah Para dengan Mengendarai Kereta Unta Sejauh Puluhan Kilometer ke Pasar Kecamatan ia beroleh Hadiah Sastra Pat Petulai dari media di Bengkulu (2009); tulisannya Sebelas Potong Cerita Neknang dipilih oleh Lingkar Pena Publishing House dan Mizan sebagai Cerita Inspiratif Terbaik Indonesia (2009); karena dedikasinya pada sastra, Gubernur Sumatera Selatan menganugerahinya Anugerah Kesenian Batanghari Sembilan (2009); cerpennya Senja yang Paling Ibu beroleh penghargaan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2010), cerpennya Taman Pohon Ibu beroleh Hadiah Sastra Krakatau (2010); dua cerpennya—Jackarta de Marselamah dan Palung Bunga—menjadi cerpen pilihan Jakarta International Literary Festival (2011); cerpennya Air Akar dinobatkan sebagai Karya Fiksi Terbaik Tulis Nusantara oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif setelah menyingkirkan lebih dari 13.000 naskah (2012); Bukunya Bulan Celurit Api mendapatkan Anugerah Pena sebagai Kumpulan Cerpen Terpuji (2013); Jawa Pos menobatkannya sebagai Tokoh Muda Sastra Indonesia (2013); dan Balai Bahasa Sumatera Selatan menganugerahi cerpennya Hikayat Persiden Kurap sebagai Cerpen Media Massa Sumatera Selatan Terbaik (2014). Kumpulan cerpennya Cinta Tak Pernah Tua dan Tanjung Luka menjadi nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa 2015 dan 2016 kategori prosa. Lewat novelnya Curriculum Vitae ia beroleh penghargaan Pemenang Unggulan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2016.

Sastra juga membawanya menjejaki Australia lewat Artist Creative Course (2015), Uni Emirat Arab dalam Cultural Trip to the Creators (2015), dan Selandia Baru lewat program Cultural Activist (2016).

Pada Agustus-September ia melakukan residensi di Bengkulu Tengah dalam program Seniman Mengajar II untuk kemudian melahirkan Panca Mukti, Setelah Petang (bennyinstitute, 2017).

Buku-bukunya yang lain adalah

  • Cinta Tak Pernah Tua (GPU, 2014)
  • Curriculum Vitae (Gramedia Pustaka Utama, 2017),
  • Sejumlah Alasan Mengapa Tiap Anak Seharusnya Melahirkan Seorang Ibu (Diva Press, 2017),
  • Kepunan (Grasindo, 2016), Lidah Mertua (basabasi, 2016),
  • The Old Man’s Flower Garden (bennyinstitute, 2016),
  • To Love Dayang Tari (bennyinstitute, 2016),
  • Tanjung Luka (2015), Eric Stockholm & Perselingkuhan-perselingkuhan yang Lain (Mizan, 2015),
  • Cinta Paling Setia (Mizan, 2015),
  • Parigan (bennyinstitute, 2014),
  • Bersetia (Mizan, 2014),
  • Jatuh dari Cinta (Grafindo, 2011), Bulan Celurit Api (Koekoesan, 2010),
  • Meminang Fatimah (exotislam, 2009).

Benny bisa dihubungi di +6281373534051 atau surat elektronik benny.arnas@gmail.com.