education.art.culture.book&media

PILUKU KARENA MEREKA

Karya: Anggi Rosita

 

Dulu, kehidupan keluarga kami sangat harmonis dan bahagia, selalu bersama, namun sekarang, semua berubah. Tak lagi sama. Tak ada yang mengharapkan ini terjadi, baik aku, pun mereka, mungkin.

***

Setiap hari, selalu aku jalani dengan penuh canda-tawa bersama ibu dan ayah, penuh kebahagiaan. Ibu yang selalu menyiapkan makanan dan minuman di meja makan setiap pagi dan ayah yang selalu setia menunggui ibu di meja makan sambal membaca koran.

“Lyly, ayo turun ke bawah, makanannya sudah siap, sayang. Ibu sudah menyiapkan makanan kesukaan kita,” teriak ibu dari meja makan sambil merapikan hidangan yang akan kami santap.

“Baik Bu,” aku bergegas turun. Tak sabar ingin menyantap semua masakan ibu. Mencium aromanya pun liurku sudah bergelomat di mulut ini. Hum, yummy!

Seperti biasa, kami pun menyantap semua makanan yang dimasak ibu dengan lahap dan tentunya diselipi dengan obrolan ringan serta canda-tawa. Tapi … itu dulu! Sekarang, semua tak sama lagi. Setelah kami menyantap semua makanan yang dihidangkan, kami akan kembali ke kamar masing-masing. Pun hari ini, ibu berhenti di balik pintu dan menatap ayah yang sedang bercermin. Matanya mulai berkaca-kaca, senyumnya pilu, wajahnya sendu. Aku tahu, ibu sedang tidak baik-baik saja, pun kami.

Setiap malam, aku selalu mendengar suara tangisan ibu, yang kemudian bersahutan dengan suara bentakan ayah. Semua itu, sekarang sudah kerap menghiasi malam-malamku. Air mata pun kadang juga tak dapat lagi aku tahan, setiap malam, semua ini seakan menjadi sebuah pertunjukan dramatis nan pilu.

Mereka hanya memikirkan ego mereka! Haruskah demikian?! Aku sudah tumbuh dewasa, tapi mengapa kematangan hubungan keluarga ini seakan membusuk oleh waktu?!

***

Tepat satu bulan yang lalu, ibu dan ayah resmi berpisah. Aku? Pasti juga sangat-sangat-sangat hancur! Harapan dan usaha yang sudah aku coba sebulan yang lalu pun tak mempan. Aku pun gagal mempertahankan hubungan mereka.

Satu minggu yang lalu, ayah memutuskan untuk pindah rumah dan tidak tinggal bersama kami lagi. Rrumah yang dulu kami tempati bersama, kini sangat sepi dan sunyi. Tidak ada lagi cahaya yang masuk, persis seperti kehidupanku.

Hari ini, ayah mengajakku untuk liburan bersama tanpa ibu. Ini adalah liburan pertama dengan suasana yang berbeda, yang aku rasakan masih sedih dan kecewa. Liburan hanyalah payung bolong di saat hujan.

Ah, sudahlah! Mungkin ini jalan yang terbaik!

 

 

Anggi Rosita, yang akrab dipanggil Anggi merupakan kelahiran Lubuklinggau, 19 Maret 2004. Ia mempunyai hobi travelling dan memasak. Cita-citanya ingin menjadi pengajar dan pembisnis muda.

Comments
Loading...