education.art.culture.book&media

Indonesia Cerdas! Mempercerpat pendidikan yang merata dan berkualitas

pendidikan di Indonesia menurutku kualitasnya belum merata. soalnya ketimpangan kualitas di daerah dan kota masih jauh. Bukankah Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Anak-anak nusantara tidak berbeda, mereka hanya di bedakan oleh keadaan.
Sebenarnya kan konsep dari pendidikan itu untuk “memanusiakan manusia” bisa d artikan manusia terhadap diri sendiri ataupun sistem alam yang ditumpangi.
Dan kita sebagai bangsa yang bijak, sudah seharusnya mengetahui scope untuk bangsa sekarang apa, dan bangsa d masa depan apa.
Tetapi realitanya tidak sedikit dari bangsa yang menilai pendidikan itu hanya sebagai wadah formalitas untuk dapat menyambung hidup yang lebih baik. Jadi essence dari nation builders nya sudah jelas beda persepsi.
Sebagai contoh, tidak sedikit dari bangsa kita yang lebih bangga ketika expose terhadap dunia negara luar dibandingkan negara sendiri. Jiwa patriotisme dan kesadaran nasionalisme itu lambat laun luntur diakibatkan arus jaman dan pengaruh budaya luar. Ini dalam tolak ukur yang jelas dalam menimbang kemajuan akan dunia pendidikan dan teknologi di karena kan masa depan akan di bangun oleh bangsa sekarang. Kebayang kalau setiap bangsa memiliki raga merah putih tapi jiwa warna lain.
Sehingga, akan buruk jika sudah tidak ada yang peduli. Lalu siapa yang akan membangun generasi muda? Dan apa kualifikasinya. Yang terlihat sekarang bahwa setiap orang tua berlomba-lomba membawa anaknya untuk pergi luar kota bahkan luar negara demi mengenyam pendidikan yang berkualitas.
Urban sosial ini tidak hanya terjadi di dunia pekerjaan saja tapi terjadi juga di dunia pendidikan.
Jadi menilai dari bagaimana pendidikan indosia saat ini, banyak kendala pendidikan di karena kan faktor keterbatasan. keterbatasan diantaranya, guru masih terbatas dr segi kualiti dan kuantitas, masih memiliki konsep sentralisasi sehingga banyak warga daerah berlomba2 pergi ke kota untuk dapat pendidikan yg lebih layak(penyebab pemerataan standar kualitas yg tidak sama)
Berkaca pada kendala tersebut, menjadi sangat penting bagi warga negara untuk membangkitkan kembali nyawa “nation builders” ketika pada jam. Cara membangkitkan nya itu dengan menyusun strategi agar bangsa ini bisa dan mampu bertarung secara global dikarenakan kualitas SDM yg baik. Strategi itu berupa penerimaan calon tenaga pendidik yg sudah seharusnya disandarkan kepada nilai2 akhlak sebagai tenaga pendidik, bukan di karena kan karena calon tenaga pendidik itu tidak memiliki tujuan hidup.
Selain daripada itu, kualitas antara sekolah harus disamakan, baik itu nominal biaya masuk, total tenaga pendidik, total siswa siswi ataupun fasilitas. Sehingga tidak ada tumpang tindih dari pihak masyarakat umum untuk berlomba2 pergi ke satu tujuan hanya dikarenakan prestise ataupun pride, standarisasi itu perlu diterapkan untuk mencapai kualitas yg baik secara sarana ataupun prasarana. Itu jika dibicarakan secara operasional
Tapi jika bicarakan soal sistematik, terkadang sistematik titip menitip dan jalur belakang untuk jadi tenaga pendidik ini membuat mereka (para pendidik berkualitas) harus adu nyali secara tidak sehat. Jadi ini harus di clear kan secara bersih dan transparan, sehingga generasi selanjutnya bisa merasakan value dari pendidikan yg berkualitas daripada tenaga pendidiknya. Menggiring siswa siswi kreatif dan berfikir kritis itu harus didukung oleh tenaga pendidik yg bagus. Karena pola berfikir anak usia sebelum perkuliahan itu masih belum terdevelop.

semua itu berawal dr human resources, guru itu peran terpenting banget untuk pembangunan pendidikan kita. Cara guru memperlakukan anak2 nya adalah buah hasil anaknya dimasa depan. Karena waktu yg anak habiskan itu lebih banyak di sekolah. Sehingga interaksi terhadap tenaga pendidik itu harus terukur.
Sebagai contik anak-anak d kota kota besar yang berkemampuan dari segala sisi, tapi di feed up karena jadwal yang terlalu padat dari orang tuanya. Diujung tanduk, feed up itu berakhir pada kata menyerah dan putus asa. Orang tuanya terlalu memaksa kepada anaknya agar bisa seperti diac guru di sekolah nya pun harus memberi nilai bagus terus, apa jadinya sama anak anak seusia balita hingga remaja Tidak punya kehidupan. Sedangkan orang tuanya malah sibuk kerja hingga pulang larut malam.
Orang tua pengen yg terbaik dari anaknya. ngasih segala mata pelajaran, les sana sini setelah sekolah sampe malem dan itu dilakukan tiap hari hingga ada satu kasus yang membuat anak itu stress dan membawa nya ke RSJ. Jika sudah begitu Berarti kan pembentukan pola aja udah salah, siapa yg salah? Generasi sekarang, termasuk orang tuanya salah satu contoh generasi sekarang, anaknya generasi masa depan. Sehingga banyak orang pintar yg gagal dalam meraih mimpi, karena bukan mimpi yg digenggam tapi ego yg genggam. menurut ku itu gak efektif. Ruang gerak itu bukan seperti itu. Ruang gerak bisa dikatakan gerak jika ada stimulus alami atau dorongan dari tekad seseorang untuk melakukan sesuatu karena dia anggap itu adalah sebuah kebutuhan atau kesukaaan. Bukan karena dijadwalkan A to Z sama orang lain. Harus ada peran dari siswa juga, peran dia mencoba merumuskan kebutuhannya. Orang tua dan guru hanya bisa menggiring dan ngasih lalu lintas.

Sangat terlihat jelas booming nya generasi sekarang. Heboh gembar gembor meluapkan mimpi karena ego sehingga menunggu apresiasi dr masyarakat. Beda yg memang meluapkan mimpi karena mimpinya, mereka rela jauh lelah berdedikasi tanpa pamrih dikenal atau diapresiasi masyarakat. Itupun sama teraplikasikan oleh siswa sendiri, karena ingin dianggap baik, maka contek2an biar jd ranking terus. Moral kaya gitu harus diarahkan oleh tenaga pendidik yg cerdas dalam menilai dan menindak lanjuti anak didiknya. Jd emang kuncinya itu tenaga pendidik Norwegia, finlandia bisa sukses karena tenaga pendidiknya. Diluar dari batasan regulasi pemerintah itu sendiri.

terlebih kurikulum SMA yang menurutku nggak memadai. penjurusan yang malah tidak memberi ruang anak2 untuk belajar ilmu pengetahuan, dan malah mengotak2an anak2 untuk memilih jalur rumpun ilmu. padahal anak2 SMA belum tahu banyak hal tentang bernagai macam hal yang ada sebagai jurusan bahkan kelompok profesi dan keahlian. masih memberatkan kepada akademik saja, tapi sifatnya menghafal dan menambah informasi. sedangkan kurang melatih pola berpikir kritis.
Itu masalah yang makro banget. which is cuma bisa diselesaikan dengan pengadaan infrastruktur, peningkatan kualitas guru, dan penyusunan kurikulum yang terevaluasi dan matang. ini bisa di lakukan di tingkat pemerintah, karna sifatnya kebijakan.

kalau misalnya dari sisi kita sebagai siswa menyikapi permasalahan yang ada sekarang. yang bisa kita lakukan adalah:
1. menjadi siswa yang pro-aktif. dalam arti jangan menyia2kan kesempatan belajar. gunakan berbagai sumber yang ada mulai dari internet, buku, guru dan lain2nya untuk belajar berbagai hal2 lainnya
2. buat berbagai kegiatan di sekolah bersama dengan teman2. baik berbentuk kelompoj belajar, atau kegiatan2 positif lainnya menanam, berkesenian dan lain2nya. ini berguna untuk menyeimbangkan kemampuan akademik dengan non akademik. agar kita sebagai pemuda bisa punya pemahaman yang baik
solusi lain untuk menghidupkan satu sekolah adalah warga/orang tua murid, guru2, dan siswa bergotong royong mewujudkan sekolah yang layak. baik dr infrastruktur, kegiatan kurikulum.

Dan yang terpenting adalah semua anak kudu wajib harus menjadi manusia yang terdidik, salah satunya dengan bersekolah.

Jadilah generasi yang terdidik dengan baik agar kelak menjadi orang cerdik namun tidak licik. Perubahan di mulai dari diri sendiri

Comments
Loading...