education.art.culture.book&media

Di Antara Peluru dan Harapan

Karya: Muhammad Fadri Alfatih

Uram, seorang remaja berumur 14 tahun yang lahir, besar, dan tinggal di Palestina.

Hari itu, Uram sedang berada di sekolah, tapi tiba-tiba ada berita yang mengabarkan bahwa ayahnya meninggal karena dibunuh oleh tentara Israel. Uram kaget bukan kepalang. Seketika, ia mengepal tangannya, mukanya merah membara, dan air matanya mulai berlinang. Dia ingin balas dendam kepada tentara Israel!

Tiga hari setelah kepergian ayahnya, ia menemukan kotak senjata milik ayahnya. Ia menatap kotak tersebut sambil menyunggingkan bibirnya. Tanpa berpikir lama, dia pun langsung mencoba membuka kotak itu. Namun, lima menit berlalu, kotak itu tak kunjung terbuka. Beberapa cara pun sudah ia lakukan, namun hasilnya tetap sama.

Setelah ia memperhatikan lagi secara seksama, ternyata kotak senjata ayahnya terkunci. Uram menatap sekeliling kamar ayahnya, ia mencoba mencari di mana letak kunci itu. Entah mengapa, ia berfirasat kunci itu ada di lemari yang ada di hadapannya. Ia menatap lekat lemari itu. Ia pun mulai mendekati lemari tersebut dan mulai mencarinya.

Alangkah terkejutnya, ketika ia melihat di dalam lemari itu terdapat seorang pasukan Israel. Dengan refleks yang cepat, ia langsung melempar kotak senjata itu ke kepala tentara Israel. Tentara itu pun pingsan karena benturan dari kotak yang terbuat dari besi itu.

Uram lari tunggang langgang keluar rumahnya, tapi sayangnya ia disergap oleh salah seorang tentara. Dengan gesit, Uram pun langsung kabur dan bersembunyi di balik bebatuan. Tak sengaja, ia menemukan sebuah kunci. Ia tersenyum lebar dan meyakini bahwa itu adalah kunci untuk membuka kotak senjata ayahnya.

Dia langsung mengendap-endap masuk kembali ke rumahnya, tapi sayangnya saat dalam perjalanan, rumahnya hancur. Untungnya dia menemukan kotak senjata ayahnya di bawah reruntuhan. Ia pun langsung mencoba memasukkan kunci yang ia temukan tadi. Dan … bisa! Tapi ia masih belum bisa melancarkan niatnya karena senjata itu tidak memiliki peluru.

Dia pun berusaha mencari kotak peluru tersebut. Dan untungnya lagi, ia bisa menemukan kotak peluru dengan mudah. Namun, kotak itu juga terkunci. Ia kembali memperhatikan sekitarannya. Ia melihat ada kunci di tengah kobaran api.

Sebelum api itu benar-benar membakar kunci, Uram langsung mengambil air berkali-kali untuk menyiram api itu. Akhirnya api itu padam.

Dia mengambil kunci itu lalu membuka kotak peluru. Tapi sayang, isinya kosong! Uram terkejut setelah mengetahui hal itu. Bagaimanapun caranya Uram harus mencari peluru!

Tiba-tiba dia mendapat ide untuk menyusup ke markas Israel. Walau itu sangat sulit, apalagi baginya yang masih sekolah. Tapi bukan berarti itu mustahil!

Dia sudah tahu sedikit cara menyelinap tanpa ketahuan. Wajahnya agak tegang, tapi Uram tetap harus menyelinap, hingga akhirnya ia pun berhasil selamat walau hampir ketahuan. Dia langsung kembali dan mengisi semua senjata dengan peluru.

Uram sudah siap bertempur! Dia pergi ke medan tempur lalu membantu pasukan Palestina. Perang pun terjadi!

Di tengah pertarungan, senjatanya habis! Hanya satu yang tersisa: ketapel.

Karena capek, ia pun pulang. Saat dia kembali, ada pasukan dari Indonesia yang membantu Palestina melawan Israel.

Negara islam berkumpul untuk membantu Palestina. Peperangan yang sengit telah!

Saat peperangan, ia sembunyi di bebatuan. Tiba-tiba ada salah seorang pasukan Israel yang menemukan Uram. Ia lari dari pasukan itu, untungnya pasukan itu kehilangan jejak. Uram langsung mengambil pentungan lalu memukul pasukan itu sampai pingsan.

Sebelum pasukan itu bangun, Uram melarikan diri. Ia merasa cukup dengan apa yang telah ia lakukan. Ia ingin tenang. Ia pun berlari menjauh dari tempat peperangan tersebut agar bisa hidup tenang dan bahagia.

Comments
Loading...