education.art.culture.book&media

INI BUKAN INGINKU

Karya: Olin Aima

 

Aku adalah seorang ibu yang mempunyai satu orang anak perempuan. Dulu, kehidupan keluargaku sangat harmonis, bahagia, selalu penuh dengan canda tawa, dan selalu menghabiskan waktu bersama.

Namun, sekarang kehidupan keluargaku tak lagi seperti itu, entah mengapa aku bisa membuatnya menjadi seperti itu?!

Setiap hari aku jalani dengan canda tawa bersama anak dan suamiku. Aku selalu menyiapkan sarapan di setiap pagi. Kami pun makan bersama dan saling bercerita satu sama lain. Sesudah selesai makan anakku, Rani akan pergi ke sekolahnya dan suamiku pergi untuk bekerja. Aku pun menjalankan aktivitasku seperti biasa, menjadi ibu rumah tangga yang hanya di rumah.

Namun, aku mulai bosan terhadap kegiatan yang sehari-hari aku jalani. Ada terlintas di pikiranku, aku ingin bekerja. Tetapi aku mengetahui bahwa keputusanku tidak akan diterima oleh suamiku. Karena suamiku melarangku untuk bekerja. Hingga akhirnya aku membuat keputusan untuk bekerja secara diam-diam tanpa sepengetahuan anak dan suamiku. Aku bekerja di saat suami dan anakku telah pergi, bekerja menjaga toko orang.

Namun, di suatu malam yang sunyi saat anakku sudah tertidur pulas, suamiku berjalan ke arah dapur dengan raut wajah yang penuh amarah dan aku pun mengikutinya.

Sesampainya di dapur.

“Aku harap kamu berhenti ngelakuin itu!” teriak suamiku dengan nada yang tinggi dan raut wajah yang memerah.

Sementara aku terdiam dengan raut wajah yang tegang dan cemas. Di dalam hatiku, aku ketakutan, mungkin suamiku telah mengetahui tentang pekerjaanku.

“Setiap aku ajak kamu ngomong, kamu nggak mau pernah dengerin aku. Kamu selalu sibuk dengan pekerjaanmu!” aku mulai berdalih dengan teriakan nada tinggi.

“Oke!” teriak suamiku, tak kalah keras.

Setelah pertengkaran itu, membuat hubunganku dan suamiku menjadi tidak baik. Saat di meja makan, suasana sangat hening tidak ada canda tawa bahkan tidak ada yg berbicara sedikit pun, tidak seperti biasanya. Semuanya berubah seketika.

Lelah dan tangis tiada henti kini menghiasi hari dan malamku. Bagai punuk merindukan bulan. Serasa semuanya ingin aku hentikan. Batin dan fisik serasa sudah hancur. Tetapi tidak. Aku tidak ingin berhenti di sini. Aku tidak ingin kesepian ini berlanjut, aku ingin keluargaku kembali seperti dulu. Aku merindukan canda tawa dalam keluargaku. Namun sepertinya percuma. Semua itu tidak akan pernah terjadi karena suamiku tidak mau meminta maaf kepadaku.

Hingga akhirnya, kami pun tidak akan bisa bersama lagi, karena tidak ada yang mau mengalah di antara kami. Dengan hati yang sangat hancur, aku dan suamiku memilih untuk berpisah dan meminta maaf kepada anakku karena tidak bisa kembali seperti dulu.

“Maafkan kami, Nak. Walaupun kami sudah berpisah, kami akan selalu ada untukmu, kamu yang utama,” ucapku dengan suara gemetar sambil membelai rambut Rani.

Dengan raut wajah yang lesu dan tanpa kata, Rani hanya memelukku dengan erat.

Kini, anakku Rani dijemput oleh mantan suamiku untuk tinggal bersama ayahnya.

 

 

Olin Aima, lahir di Lubuklinggau pada 02 Mei 2003. Ia merupakan alumni dari SMA di Madrasah Aliyah Negeri 2 Lubuklinggau pada tahun 2021. Sekarang, ia tengah menempuh Studi Strata Satu, semester dua di Universitas PGRI Silampari Lubuklinggau, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia memiliki hobi membaca dan menulis sejak di Madrasah. Ia juga aktif berorganisasi, sebagai anggota Hima Bisa atau Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia.

Comments
Loading...