education.art.culture.book&media

Keberanianya

Karya: Romlah Rahmatullah

 

Siapa yang tak ingin hidupnya tenang? Siapa yang tak ingin hari-harinya berjalan dengan damai? Siapa yang tak ingin tinggal di tempat yang aman dan tentram? Semua orang pasti ingin! Sama halnya seperti Adibah, beserta keluarga dan orang-orang di sekitarnya. 

Pada pagi yang cerah itu, anak perempuan pemberani, berumur 10 tahun  itu sedang duduk di ruang kelas Sekolah Dasar di Palestina. Saat ia sedang asyik menulis di bukunya, tiba-tiba terdengar ledakan keras yang mengguncang seluruh bangunan sekolah. Secepat kilat, serangan musuh membuat sekolah runtuh, dan reruntuhan bangunan mulai menutupi ruang kelas tempat Adibah berada.

Tanpa ragu, Adibah langsung berusaha menyelamatkan dirinya. Dengan cepat, dia menghindari runtuhan dan berhasil keluar dari bangunan yang roboh. Meskipun guncangan ledakan membuatnya ketakutan, insting bertahan hidupnya mengambil alih, dan untungnya ia masih selamat saat itu 

Ketika berhasil keluar dari reruntuhan, Adibah menyadari bahwa kakinya terluka akibat terjatuh. Ia melihat kakinya lebam bahkan ada darah yang masih mengucur dari lututnya. Ia meringis, sambil menggigit bawahnya, matanya mulai berlinang. Namun, ia terus menyeret kaki yang terluka, berusaha berjalan ke tempat yang lebih aman.

Di perjalan, ia menatap dengan mata berkaca-kaca, sekolahnya hancur, nyaris rata! Di sepanjang mata memandang, tak ada satupun bangunan yang masih sempurna, semuanya hancur karena keserakahan manusia yang tak pernah ada kata akhir.

Adibah berhasil menyelinap dan keluar dari lingkungan sekolahnya, namun dari kejauhan ia melihat mobil tempur musuh sudah bersiap-siap meluncurkan serangan ke arah rumahnya.

Sekujur tubuhnya mulai gemetar, air matanya kini tak lagi bisa dibendung, namun ia merasa ada dorongan yang kuat untuk melindungi orang-orang di sekitarnya. Dengan hati penuh keberanian dan tekad yang kuat, dia menghadang mobil tempur tersebut. Ia tegapkan dadanya, dan menatap tajam ke arah mobil tersebut. Nyalinya berkobar bukan kepalang. Beraninya mengalahkan rasa takut akan kematian. Walau ia hanya seorang anak kecil,  walau kematian nyaris sejengkal darinya, ia tak pantang mundur, ia tak takut sama sekali!

Mobil tempur tersebut terhenti sejenak. Tatapan tajam Adibah membuat musuh merasakan keberanian yang menggetarkan. Meskipun dalam ketakutan, ia tak menunjukkan sedikit pun kelemahan. Melihat keberanian anak kecil ini, musuh memilih untuk mundur, memberikan kesempatan Adibah dan warga di sekitarnya untuk sementara waktu.

Sesaat setelah itu, Adibah berlari menuju keluarganya dan warga lain. Ia memeluk mereka dengan rasa syukur karena mereka semua selamat. Meskipun terluka dan mengalami trauma, Adibah tetap menunjukkan kekuatan dan keberanian yang luar biasa di tengah-tengah kekacauan perang.

Comments
Loading...