education.art.culture.book&media

Khalifah Palestina 

Karya: Sri Handayani

 

Dapat kita semua ketahui bahwasanya Israel dan Palestina adalah negara yang tidak pernah rukun dan tidak pernah akur.

Mulai dari negara Israel yang mencoba merebut negara Palestina dengan mengambil hak dari negara Palestina, seperti sumber daya alam, wilayah, dan sebagainya.

Berkisahkan, Ardi anak laki-laki berumur 15 tahun, di suatu hari yang cerah, matahari bersinar terang serta angin sepoi-sepoi yang menyapa wajahnya dengan lembut.

Anak itu bangun dengan semangat yang membara dan mulai menyiapkan dirinya untuk pergi ke sekolah. Ardi berangkat sekolah dengan membawa tas di punggungnya yang berisikan bermacam-macam jenis buku pelajaran. Senyumnya merekah lebar pagi ini.

Ketika dia asyik menikmati suasana di sekolahnya dan hendak mulai belajar, ada bunyi tembakan ke arah gedung sekolahnya. Suara tembakan yang keras itu mampu membuat guncangan keras hingga ketenangan sekolah yang semula damai menjadi kacau balau. Di keadaan yang kacau itu, anak-anak termasuk Ardi berbondong-bondong berlarian dan berusaha untuk mencari tempat aman. Dengan begitu panik dan hati berdebar, anak itu pergi dan menghampiri jendela untuk melihat kejadian yang ada di sekitar. 

Ketika dia memperhatikan situasi dan kondisi sekitar, dengan cepat anak itu berlari menuju keluar gedung sekolah dan akhirnya dia paham setelah melihat sekelompok tentara. Dia dapat menyimpulkan penyebab suara tembakan yang sangat keras tadi disebabkan oleh sekumpulan tentara tersebut. Dilihatnya dari jauh tentara tersebut terlihat sibuk menghancurkan gedung-gedung tinggi yang ada di sekitar. Ardi terus berlari sambil menangis, merasa kesal atas ketidakadilan dan kekurangan kemerdekaan di negaranya. Akhirnya, Ardi mencoba memberanikan dirinya untuk menemui pasukan tentara dan berhadapan langsung dengan tank tempur yang hendak menembakkan peluru ke arahnya.

Dengan rasa takut dan diiringi air mata yang mengalir di pipi,  ia mengambil dan menggenggam erat sebongkah batu dan mengangkat tangannya sebagai tanda ketidakadilan dan memberi tanda perlawanan terhadap tentara-tentara tersebut.

Melihat anak kecil yang menangis dengan menggenggam batu, pasukan-pasukan tentara tersebut bergidik, hatinya iba, dan mungkin merasa ragu untuk melanjutkan tindakan keras terhadap anak tersebut. Pasukan tentara tersebut meninggalkannya. Walau begitu, Ardi tetap memendam keinginan akan keadilan dan kemerdekaan untuk negaranya. 

Dia merasa bahwa negara yang selama ini tidak berdosa dan tidak pernah mengganggu negara sebelah, namun mengapa ada saja ujian yang didapat dan tega membuat rakyat Palestina menderita dengan ulahnya. Dengan semangatnya yang tak tergoyahkan, Ardi bertekad untuk dapat melindungi dan merebut negara nya dari serangan Israel, dan menjadikan negara tersebut damai abadi tanpa ada yang bisa merebutnya.

Comments
Loading...