education.art.culture.book&media

MAUNYA INI, TAPI TIDAK MAU ITU

Karya: Dea Melka Novita Sari

 

Kehidupan rumah tangga pasangan suami istri ini sedang di ujung perpisahan, yang dulu sangat mesra, bahagia, tiap hari penuh canda tawa. Tapi seiring berjalannya waktu, suasana itu menjadi berubah. Kehangatan sudah tidak lagi dirasakan, melainkan keheningan, kesunyian. Bahkan, meskipun satu rumah mereka tidak saling bertegur sapa. Sekalinya bertegur sapa malah keributan yang terjadi. Ego mereka menjadi terlalu tinggi membuat semua keadaan berubah menjadi kacau.

Meskipun dengan keadaan rumah tangga yang penuh keheningan, karena mereka awalnya sepakat sama-sama tidak ingin pisah dengan dalih demi anaknya, yang hanya bisa mereka lakukan yaitu berdoa kepada Tuhan agar bisa memperbaiki keadaan menjadi semula. Namun pada akhirnya, mereka sama-sama muak dengan keadaan yang mereka alami dan memutuskan akan berpisah. Tapi mereka tetap berjanji akan selalu ada untuk anaknya dan akan memprioritaskan anaknya di atas ego mereka.

Setiap harinya dihiasi kesepian. Meskipun ada hubungan, tapi rasanya hubungan itu hanya sebatas kata. Menyibukkan diri dengan urusan masing-masing.

“Mengapa keadaan kita seperti ini?” Lara selalu mengingat setiap sudut rumah yang penuh kemesraan dan kehangatan. Tapi suasana itu sangat sulit untuk diwujudkan sekarang. Rumah tangga sudah di ujung tanduk. Ada rasa ingin mempertahankan satu sama lain, tapi rasa itu terkalahkan oleh ego yang amat sangat besar.

Tiba lah pada waktunya, perasaan yang sudah dipendam sejak lama tidak akan bisa dipendam selamanya. Terdengar suara keributan di ruang tamu. Teriakan bergema di seluruh ruangan. Ternyata itu adalah Hanif dan Lara.

“CUKUP!” ucap Hanif dengan nada suara yang tinggi.

“Aku sudah tidak tahan lagi!” Lara menimpalinya dengan suara yang sama tinggi.

“Jadi apa maumu?” Hanif berdiri di hadapan Lara seperti tengah menantang wanita yang selama ini berstatus sebagai istri.

“Aku mau pulang. Aku sudah tidak tahan lagi di rumah ini!” suara Lara mulai bergetar.

“Baiklah jika itu maumu. Pergilah dan jangan pernah kembali,” tantang Hanif dengan nada bicara yang masih tinggi.

“Apa maksud kamu, Mas?” Lara menatap Sang Suami dengan penuh kebingungan.

“Kau mau pulan, kan?! Aku putuh putuskan kita berpisah detik ini juga!” mata Hanif memandang tajam ke Arah Lara.

Tubuh Lara seketika gemetar mendengar perkataan suaminya, seakan-akan ini hanya lah mimpi. Lara bergegas menuju kamar  meninggalkan Hanif di ruang tamu.

Di dalam kamar, Lara duduk bersimpuh di lantai, mencoba berdiri pun susah. Saat ini kondisinya benar-benar terasa hancur dan tak berdaya, ia tak habis pikir dengan mudahnya suaminya mengucapkan kata-kata itu.

Lara yang sudah lama menangis seharian, kini akhirnya bangkit menuju ke kamar mandi. Sejenak ia memandangi wajahnya dan matanya yang sembab karena sudah lama menangis. Di kaca wastafel, Lara mencoba tersenyum memandangi dirinya sendiri, tapi yang tampak hanyalah seseorang yang amat menyedihkan.

Lara berusaha menguatkan hati dan memberi motivasi pada dirinya sendiri. Sudah cukup luka yang ia rasakan, sudah waktunya bangkit setelah sebelumnya tenggelam dalam keterpurukan.

Setelah merasa lebih tenang, Lara membasuh mukanya yang sembab dengan air, lalu ia kembali memandangi cermin yang terlihat adalah seseorang yang tersenyum dan berusaha menguatkan diri.

Akhirnya mereka benar-benar berpisah, tapi mereka tidak melupakan kewajiban sebagai orang tua. Kini, Lara sudah jauh lebih baik daripada waktu masih berstatus sebagai seorang istri tapi batin yang selalu tersiksa, ia berusaha menerima keadaan meskipun sulit baginya untuk melupakan sosok Hanif. Bagaimana tidak Hanif adalah orang yang sangat ia cintai tapi kini terpaksa untuk berpisah, tapi Lara sudah berlapang dada menerima semua keadaannya sekarang.

Pernikahan membutuhkan kesabaran, komitmen, kesetiaan, saling pengertian, dan berlaku bagi kedua belah pihak, jangan hanya mau dimengerti tetapi tidak mau mengerti, jangan hanya pandai menuntut , tetapi tidak mau berkorban.

 

Dea Melka Novita Sari, lahir pada 25 Mei 2004. Ia memiliki hobi menari dan nonton drakor. Gadis yang merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Umar Sidi dan Ibu Rencanawani, tinggal di Padang Ulak Tanding, Rejang Lebong. Sekarang, ia adalah seorang mahasiswi di Universitas PGRI Silampari dengan jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia.

Comments
Loading...