education.art.culture.book&media

Nonton Bareng & Workshop Film Bangkitkan Semangat Sinema Pelajar di SMKN Rawas Ulu

Bagian dari Lubuklinggau Students Short Movie Festival (LSSMF) ke-5 Tahun 2025

Rawas Ulu, 18 Januari 2025 — Suasana penuh semangat menyelimuti aula SMKN Rawas Ulu sejak pagi. Puluhan pelajar, guru, dan pegiat film lokal berkumpul dalam acara “Nonton Bareng & Workshop Film”, sebuah kegiatan yang menjadi bagian dari rangkaian Lubuklinggau Students Short Movie Festival (LSSMF) ke-5 Tahun 2025.

Acara yang digelar oleh Komunitas Majelis Lingkaran dengan dukungan Dana Indonesiana dan LPDP ini menjadi momentum penting bagi dunia perfilman pelajar di wilayah Musi Rawas Utara. Melalui konsep belajar sambil menonton, kegiatan ini mengajak generasi muda memahami proses kreatif pembuatan film, sekaligus menumbuhkan kesadaran akan kekuatan cerita lokal.

Lubuklinggau Students Short Movie Festival (LSSMF) merupakan ajang tahunan yang telah memasuki tahun kelima penyelenggaraan. Festival ini menjadi ruang bagi pelajar di kawasan Lubuklinggau, Musi Rawas, dan Musi Rawas Utara untuk belajar, berkarya, dan memperkenalkan film-film pendek mereka ke publik. Dengan mengusung semangat “Film dari Sekolah untuk Dunia”, LSSMF terus berkomitmen menjadi wadah tumbuhnya sineas muda yang berpikir kritis, kreatif, dan berkarakter.

Kegiatan dimulai pukul 08.00 WIB dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, diikuti sambutan dari Edi Sutrisno, Kepala SMKN Rawas Ulu, dan Desy Arisandi, Sekretaris Komunitas Lingkaran. Dalam sambutannya, keduanya menekankan pentingnya membuka ruang bagi siswa untuk berkarya di bidang sinema sebagai bagian dari pembelajaran kreatif.

Sesi utama dimulai pukul 08.30 WIB, menghadirkan kegiatan Nonton Bareng dan Bedah Film dua karya anak muda Lubuklinggau dari komunitas Lingkar Generasi berjudul Ngumpet dan Dua Pasang.

Kedua film ini berhasil memancing antusiasme peserta karena mengangkat kisah-kisah remaja dan konflik sosial yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Diskusi dipandu langsung oleh Edi Sutrisno sebagai moderator, dengan menghadirkan Juli Yandika, seorang penulis dan pengamat film, serta Richo Sanjaya, aktor muda yang dikenal lewat kiprahnya di berbagai proyek film pendek.

Dalam sesi bedah film, Juli Yandika menyoroti bagaimana pelajar mampu menciptakan narasi kuat meski dengan keterbatasan alat. “Film bukan hanya soal kamera, tapi tentang cara kita memandang dunia. Ide yang jujur akan selalu lebih kuat dari efek visual apa pun,” ujarnya, disambut tepuk tangan peserta.

Sementara itu, Richo Sanjaya menambahkan pentingnya emotional connection antara aktor dan cerita yang dimainkan. “Aktor muda harus belajar memahami isi cerita dulu sebelum berakting. Dari sana, emosi yang muncul akan terasa alami,” tuturnya.

Setelah jeda kudapan singkat, acara dilanjutkan pukul 10.15 WIB dengan sesi Workshop Film bersama dua narasumber utama:

  • Rendy FerdiansyahCinematographer muda dengan gaya visual khas, dan

  • Benny ArnasDirektur LSSMF, penulis dan sineas yang telah banyak berkarya di bidang sastra dan film pendek.

Dalam sesi ini, Rendy membagikan pengalaman teknis seputar visual storytelling dan pentingnya memahami bahasa gambar. “Cahaya dan bayangan itu seperti dua sisi kejujuran dalam film. Sinematografi bukan sekadar teknik, tapi cara bercerita yang paling sunyi,” ungkapnya.

Benny Arnas menambahkan bahwa festival ini diadakan bukan sekadar untuk lomba, tetapi untuk menanamkan nilai kolaborasi dan kesadaran estetika. “Kami ingin pelajar di Lubuklinggau, Musi Rawas, dan Muratara punya keberanian membuat film dari cerita mereka sendiri. Karena film lokal akan punya makna jika tumbuh dari tanah di mana mereka berpijak,” tegasnya.

Sesi tanya jawab yang berlangsung hingga pukul 12.00 WIB menjadi ruang interaktif paling hidup dalam acara ini. Para siswa aktif bertanya seputar teknik pengambilan gambar, cara menulis skenario, hingga tips berani mengirim karya ke festival film nasional.

Acara ditutup dengan foto bersama dan makan siang, meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh peserta. Banyak di antara mereka yang mengaku terinspirasi untuk membuat film sendiri setelah mengikuti kegiatan ini.

“Dulu saya pikir bikin film itu harus pakai alat mahal, ternyata bisa dimulai dari HP dan ide sederhana,” ungkap salah satu peserta, siswa kelas XI SMKN Rawas Ulu, penuh semangat.

Comments
Loading...