education.art.culture.book&media

Dari Tidak Tau Menjadi Tau

Hari kedua kegiatan Residency pagi hari  diawali dengan sarapan, sedikit mengisi amunisi agar siap untuk menerima ilmu-ilmu yang akan disampaikan oleh team fasilitator bennyinstitute.

Kegiatan berlanjut dengan mereview beberapa tulisan rekan-rekan Residency yang kemarin post dan sedikit melakukan review terkait isi tulisan.

Berlanjut dengan penyampaian materi pertama yaitu bennyinstitute dan media sosial, sedikit menelusuri media sosial bennyinstitute yaitu bangaimana mengelola beberapa situs sosial media seperti youtube, twitter, facebook, instagram, dan web site dengan isi konten atau postingan terupdate tentang kegiatan-kegiatan bennyinstitute yang di kelola cukup baik sehingga bisa mengenalkan secara lebih luas tentang bennyinstitute.

Kegiatan Residency tahun ini juga di isi dengan Bedah buku & Launcing buku yang di tulis oleh Septi Wahyuni yang berjudul Kronik Prahara. Kegiatan ini banyak sekali menghasilkan banyak pandangan mengenai isi kumpulan cerpen yang disampaikan oleh beberapa pembaca dan masukan terkait isi kumpulan cerpen tersebut, Dan penulis sendiri dapat menerima masukan dari para pembaca. Sesi bedah buku & launcing pun selesai dan di lanjutkan dengan makan siang dan sholat zduhur sekaligus persiapan untuk keberangkatan mengunjungi Bennyinstitute.

Perjalanan menuju Bennyinstitute sendiri tidak memakan waktu lama kurang lebih 15 menit saja kita sudah sampai. Disana kita akan melakukan beberapa kegiatan yaitu penyamaian materi mengenai pengelolaan TBM bannyinstitute dan belajar mengenal huruf Ulu, sebelumnya kita sempat membagi menjadi dua kelompok untuk mempercepat proses menyampaian materi. Saat materi mengenai TBM bennyinstitute yang di sampaikan langsung oleh ka benny kami di beri motivasi dan kiat-kiat bagaimana cara kita bisa membuat sebuah TBM yang mampu mendatangkan para anggota atau relawan dengan sendiri’a yaitu dengan cara mengerjakan apa yang kita suka bukan apa yang orang lain suka. Selesai materi TBM kami berlanjut ke materi selanjutnya yaitu materi mengenai Huruf ulu yaitu pengenalan tentang huruf khas pedalaman lubuklinggau saat kegiatan berlangsung antusian peserta Residency amat sangat tinggi terlebih lagi kita bisa belajar satu dari sekian banyak macam bahasa dan huruf asli dari berbagai suku di indonesia, saat saya belajar membuat huruf ulu saya melihat ada keunikan tersendiri dari cara penulisan dan pelafalan huruf hulu sendiri dan kami di buatkan tugas untuk membuat salu kalimat yang dirubah kedalam bentuk huruf Ulu. Dan kegiatan di Bennyinstitute di akhiri tentunya dengan berfoto-foto.

Selesai kegiatan di bennyinstitute kami lanjutkan perjalanan menuju taman kurma di masjid agung as-sahan kota Lubuklinggau disana kami akan bertemu dengan komunitas majlis lingkaran yang salah satu pematiknya sendiri yaitu kang benny. Disana peserta Residency diikutsertakan untuk bergabung dalam KOPDAR ke 20 yang mengambil judul ” Alih Kode dalam Ranah Jual Bei di Pasar Moneng Sepati” yang di tulis oleh Muhammad Yazir. Dalam kegaitan tersebut kami disuguhkan materi yang cukup menarik menurut saya dimana membahas tentang penggunaan bahasa pada proses perdagangan di salah satu pasar di Lubuklinggau yaitu bahasa Coel, bahasa Coel sendiri baru saya dengar karna yang saya tahu hanya ada bahasa melayu. Tapi ternyata bahasa melayu sendiri banyak memiliki jenis bahasa lainnya lagi salah satunya yaitu bahasa Coel yaitu bahasa dari melayu palembang dialek lubuklinggau bahasanya sendiri menurut saya sedikit lebih sulit untuk dimengerti tidak seperti bahasa bahasa daerah lainnya seperti jawa atau sunda yang masih mudah diartikan kedalam bahasa indonesia. Hampir satu jam lebih kita berdiskusi dan belajar mengartikan bahasa Coel yang ternyata lebih sulit dari bahasa melayu pada umumnya. Kegiatan KOPDAR pun berakhir dan kami tutup dengan acara liwetan bersama semua fasilitator, peserta Residency dan majlis lingkaran.

Selesai sudah rangkaian kegiatan materi hari ini, selesai makan dan sholat magrib kami di beri kesempatan untuk berkeiling kota Lubuklinggau untuk sekedar mengunjungi beberapa tempat iconik di lubuklinggau dan sempat singgah juga disalah satu tempat makanan khas yaitu mpempek dan melanjutkan kembali untuk mencari oleh-oleh khas lubuklinggau yang sempat Bapak Walikota sampaikan bahwa kota Lubuklinggau terkenal dengan “Pokat” (sebutan untuk buah alpukat dilubuklinggau) dan gula arennya. Tentu kami pun muali mencari tempat oleh-oleh khas lubuklinggau yang lokasinya sendiri tidak jauh dari masjid ahung as-sahan, yang cukup di tempuh dengan berjalan kaki. Sesampainya kami disana kami di suguhkan pemandangan penjual Pokat yang membuat kami sedikit kebingungan untuk memilih, setelah berkeliling kami menemukan penjual pokat yang sasuai dari segi harga dan kualitas pokatnya kami pun membeli beberapa kilo buah pokat, gula aren dan kopi duren yang sebenarnya juga menjadi salah satu oleh-oleh khas lubuklinggau. Perjalanan kami menyusuri kota lubuklinggau pun berakhir karna rasa lelah sudah mulai mendera sehingga mengajak kami untuk kembli ke penginapan dam berisitirahat setelah sehari penuh berkatifitas.

Comments
Loading...