education.art.culture.book&media

Resensi buku Partikel Cinta

Partikel cinta merupakan kumpulan cerpen karya Eko Juarsyah Putra dan Yunita Sari. Sesuai judulnya buku ini mengisahkan tentang persahabatan, pengorbanan, cinta dan penghianatan. Dua penulis muda berbakat ini berhasil mengemas cerita-cerita yang ringan dan dekat dengan realita kehidupan. Beberapa cerpen bahkan ditulis based from true story. Cerita cinta yang akrab dikalangan remaja ini juga dapat dinikmati oleh lintas generasi.

Buku kumcer Partikel Cinta ini berisi 20 cerpen dengan tema cinta. Saya akan mengulas beberapa diantaranya. Cerpen pertama berjudul Obat Patah Hati, berkisah tentang seorang gadis yang patah hati. Siapa yang tak pernah patah hati di dunia ini? Saat semua terasa berat untuk dilalui waktu selalu menjadi obat paling mujarab. Tak ada yang salah dengan perasaan jatuh cinta. Mampukah Yuma menemukan obat itu?

Cerita selanjutnya berjudul Puncak Kaba, menceritakan Sebelas laki-laki yang telah siap menantang pertualangan di bukit Kaba, bukannya terlihat cengeng justru mereka semua terlihat cemberut ketika menanjaki tebing cengeng. Semua keadaan bertambah parah ketika mereka harus membayar hasil yang tak pernah berhianat pada usaha.

Malam itu pada selembar kertas putih, kedua tangan Arinda gadis berpostur kecil dan pandai dalam berbahasa itu masih berdansa indah. Jemarinya masih khidmat bersama tinta pena yang berpeluk lembut pada jari-jarinya yang kecil. Berawal dari satu kata yang akhirnya terangkai menjadi sebingkai surat yang ia tak ketahui dimana rimbanya sekarang, cerita ini berjudul Surat Tanpa Alamat.

Terakhir cerita tentang Wanita Istimewa. Semua lamaran yang datang ia tolak, tapi saat waktu yang di sepakati bersama Fahri telah usai Rezki sang pengagum rahasia melamarnya tapi keadaan justru bertambah parah disaat yang bersamaan Fahri datang ingin merajut kembali semua janji yang telah mereka buat. Kebimbangan justru hadir dihati Nia. Tapi saat ia siap untuk memilih siapa yang akan menjadi imamnya, ia justru harus menemui kekecewaan yang tak ada arah.

Enam belas cerpen lainnya adalah Tulang Rusuk yang Dipinjam, Bukan karena Rasyah, Kempunan, Doa yang Tersembunyi, Nenek Mengapa Kau Berbeda?, Pelabuhan Cinta, Tanya Hati, Aku Bukan Khadijah, Ikhlas Tapi Tak Rela, Jasmine, Mengapa Ibu Merahasiakan Ayah?, Kharoma Kusno, Takdir dan Kopi, Pantaskah Aku Disurga, Purnama Alica dan Anak Pungut Memungut Anak Pungut.

Pastinya semua cerpen dalam buku ini sangat recomended untuk dibaca, banyak pesan yang dapat kita ambil dalam setiap cerpennya. Semuanya dikemas menjadi satu karya yang begitu menarik dengan bahasa yang ringan dan lugas. Berbagai karakter tokoh dengan masing-masing bakat uniknya digambarkan dalam cerpen  ini. Suasana yang digambarkan dalam cerpen ini jelas, sehingga para pembaca dapat dengan mudah berimajinasi melalui cerita yang dikisahkan.

Cerpen ini merangkaikan makna cinta dalam pesan-pesan kesederhanaan yang terkonstruksi dalam perasaan yang bercampuraduk. Menggali kisah sederhana menjadi kisah yang sangat menarik untuk dibaca. Namun dalam kesederhanaannya justru cerpen ini sukses mengaduk-aduk emosi pembaca sehingga layak menjadi referensi.

Comments
Loading...