education.art.culture.book&media

Mengenal Lebih Dekat Gangguan Bipolar

Shafira Amellya

 

Manusia pada umumnya mengalami perubahan mood dalam menanggapi peristiwa kehidupan yang terjadi setiap hari. Seperti ketika kita berada dalam suasana bahagia, kita merasa sangat ceria dan bersemangat. Atau ketika kita berada dalam suasana duka, kita jadi merasa sedih dan putus asa. Mengalami perubahan mood seperti itu merupakan hal biasa dan lumrah terjadi pada setiap orang. Tapi, ketika perubahan suasana hati (mood) itu terjadi secara ekstrem dan tak dapat dikendalikan, itu menjadi suatu hal yang bisa membahayakan dan harus segera ditangani.

Perubahan suasana hati (mood) yang ekstrem ini secara medis sering disebut sebagai gangguan bipolar. Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang dan ditandai dengan perubahan suasana hati yang drastis. Sama seperti roller coaster, suasana hati orang yang menderita gangguan ini dapat berubah naik turun dalam sekejap dengan pola waktu yang tidak pasti sehingga menjadikannya tidak terkendali.

Hal ini bersifat episodik dan bergantian secara tiba-tiba antara dua kutub utama yang berlawanan yaitu mania dan depresi. Mania dan depresi adalah dua dari seluruh episode yang dialami oleh penderita gangguan bipolar. Episode mania biasanya berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan, sedangkan episode depresi berlangsung lebih lama dan sering diikuti dengan pikiran untuk bunuh diri.

Ada empat jenis episode suasana hati pada penderita gangguan bipolar, yakni mania, hipomania, depresi, dan campuran. Episode mania ditandai dengan gejala berupa kegembiraan yang berlebih, tindakan dengan risiko yang sangat tinggi, sangat aktif, sulit merasa lelah, dan menjadi terlalu boros serta menganggap dirinya penting. Sedangkan, episode hipomania hampir mirip dengan episode mania dengan satu perbedaan besar. Pada hipomania, penderita tidak mengalami halusinasi atau delusi yang sering muncul pada episode mania yang ekstrem. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kegembiraan biasa, tapi episode ini tetap saja membawa risiko yang sama besar dengan episode mania.

Adapun episode depresi, penderita biasanya mengalami suasana hati yang murung dan perasaan sedih berkepanjangan. Hal ini bisa berlangsung sangat lama dan terkadang disertai pikiran untuk bunuh diri. Pada episode campuran, dimana merupakan suatu kondisi disaat episode mania dan depresi terjadi secara bersamaan, penderita dapat merasa gembira lalu tiba-tiba berubah menjadi sedih. Hal ini dapat terjadi berulang-ulang dalam waktu relatif cepat. Apalagi, percobaan bunuh diri dan konsumsi obat-obatan terlarang paling sering terjadi pada episode ini, yang mana membuat episode campuran menjadi tahap yang cukup membahayakan.

Salah satu dari masalah kesehatan mental yang sering dihadapi oleh negara maju ini memiliki beberapa faktor penyebab. Salah satunya adalah faktor keturunan. Dikatakan dalam suatu penelitian, seseorang dengan riwayat dimana salah satu orangtuanya mengidap bipolar mempunyai risiko sebesar 15%-30% menderita gangguan yang sama. Sedangkan, jika kedua orangtuanya mengidap bipolar maka risiko itu bertambah menjadi sebesar 50%-75%. Dalam penelitian lain disebutkan, gangguan bipolar disebabkan oleh poin ketidakseimbangan neurotransmitter dan gangguan sistem motivasional yang disebut behavioral activation system (BAS). Adapun faktor eksternal seperti dipecat dari pekerjaan, putus cinta, stress, jatuh cinta, perubahan musim, dan lainnya diyakini juga merupakan faktor pemicu yang dapat memulai suatu episode baru atau membuat gejala yang ada memburuk.

Di Indonesia sendiri, ada lebih dari 2 juta kasus gangguan bipolar per tahun yang terjadi. Penderita gangguan bipolar kebanyakan berasal dari kalangan remaja. Hal ini cukup meresahkan karena gangguan bipolar dapat membuat hidup penderitanya kacau balau. Tetapi, walaupun gangguan bipolar termasuk gangguan kejiwaan yang bersifat kronis dan sering berpotensi fatal, gangguan ini sesungguhnya dapat dikendalikan. Edukasi, deteksi dini, dan diagnosis yang tepat serta terapi yang baik dan optimal bisa memperbaiki kualitas hidup penderita dengan gangguan ini.

Comments
Loading...