education.art.culture.book&media

Haters Gonna Hate

Karya: Sugiyarti

“Padahal aku juga manusia yang lumrah saja jika melakukan kesalahan, tapi kenapa mereka memperlakukanku seperti penjahat?” ucap Ghea sambil menatap benda pipih yang dipegang kedua tangannya dengan tangan gemetaran.

Tiga hari lalu, Ghea mengisi acara di sebuah festival kampus. Di tengah-tengah nyanyiannya, suaranya crack, keluar dari nada. Penonton pun menertawakannya. Insiden tersebut menyebar di sosial media hingga menjadi viral dan Ghea menjadi bahan  bullyan oleh netizen. Karena merasa tidak percaya diri lagi dengan suaranya, ia memutuskan untuk hiatus. Di tengah masa hiatus-nya, ia memilih untuk melatih teknik vokalnya lagi agar suaranya stabil saat bernyanyi live

Setelah satu tahun, Ghea mulai bangkit dari rasa tidak percaya dirinya. Ia kembali dengan lagu terbarunya yang berjudul “Life’s too short”. Siapa sangka, lagunya sukses besar hingga menyapu bersih tangga lagu domestik dan internasional. Namun sayang, kesuksesannya pun tak luput dari serangan netizen. Ia dituduh memanipulasi chart musik, mereka tidak percaya lagunya bisa sesukses itu padahal suaranya jelek. 

Kali ini Ghea tampil di festival musim panas di Senayan, Jakarta. Ia menampilkan lagu terbarunya secara live. Ya, ia bertekad unjuk kemampuannya, ia ingin membuktikan bahwa suaranya kini sudah bagus, vokalnya sudah membaik dan stabil. Namun sayang, sebelum tampil Ghea dilempari telur busuk oleh seorang penonton. Entah apa alasannya, namun yang didengarnya, ia diteriaki, “Ghea flop!” Ghea sempat terpaku sejenak menatap tumpahan telur busuk di lantai panggung itu.

“Ah, cobaan apa lagi ini? Ok, calm down Ghea, kamu pasti bisa!” ocehnya dalam hati. Akhirnya ia pun tampil dengan sukses. Ia senang bisa menyelesaikan nyanyiannya dengan baik, namun sayang, lagi-lagi, ia mendapat komentar jahat dari netizen di akun sosial medianya.  

Entah apa alasan jelasnya hingga ia heran karena selalu saja jadi sasaran komentar jahat netizen. Awalnya ia tidak mau menanggapi komentar-komentar itu, namun ia menemukan komentar yang menurutnya sudah kelewat batas.

“Mati saja kau Ghea!”

“Ibumu nggak becus mengurus anak sepertimu!”

Otaknya seperti air mendidih ketika membaca komentar itu. Ia tidak bisa membiarkannya lagi, matanya melotot hingga gemeretak giginya terdengar jelas. Ia tak terima ibunya ikut dijelekkan. Ia kemudian memutuskan untuk menuntut mereka yang sudah kelewat batas dalam berkomentar jahat. Terlalu fokus menuntut para pelaku komentar jahat membuat suhu tubuhnya naik hingga 38,7 derajat celcius, matanya berkunang-kunang hingga puncaknya ia tak sadarkan diri. Kondisi itu sampai menyebabkan ia di opname

Kini, Ghea sudah mulai bisa berdamai dengan dirinya, ia sadar meski jutaan kali ia menunjukkan talentanya, yang membenci akan tetap membenci. Ia bertekad fokus berkarya untuk kebahagiaannya dan untuk orang-orang yang mendukungnya. Ia tidak akan lagi peduli dengan para pembenci itu.

*Cerita terinspirasi dari lagi Jiwa yang Bersedih, karya Ghea Indrwari

===

Sugiyarti, lahir di Kabupaten Musi Rawas, Sumatra Selatan. Ia adalah alumni Universitas Bina Insan Lubuklinggau. Penulis adalah salah satu profesi yang ia kagumi. Membaca webtoon, novel, dan buku adalah hobinya. Lewat tulisan cerita mini dan cerita pendek, ia memulai awal menjadi penulis.

Comments
Loading...