education.art.culture.book&media

Residensi Literasi Digital Hari Ke-2

Terdengar suara sayup-sayup kemudian mendekat dan semakin terdengar jelas.Pelan-pelan ku buka mata,kuraba tempat tidur mencari letak telepon genggam ku untuk melihat waktu dan hahhhhh…ternyata sudah pukul 6 lewat 8 menit.Kulihat teman sekamar ku Diana,sepertinya sudah lama terbangun dan sedang memainkan telepon genggamnya.”Di..sudah solat subuh tanya ku, sudah yuk jawabnya,nah ngapo dak di bangunkan ayuk tanya ku.Besak nian yuk suaro adzan tadi.Tapi ayuk idak dengar”.Ternyata aku sudah tertidur sangat lelap semalaman ini hingga adzan subuh tak terdengar. Bergegas ku ambil wudhu dan segera melaksanakan solat subuh.

Kulipat mukena ku dan kuraih buku “Kronik Prahara” yang ada di meja.Baru dua cerita yang ku baca sejak kemarin sore. Dan lanjut pagi ini.Kulihat daftar cerita buku itu dan tertarik dengan judul “Putih Membalut Hitam” mulai kubaca dengan membuka halaman 70 sampai 79.Setelah ku baca kalimat demi kalimat dan aku mulai terbawa suasana dan jalan ceritanya.Sedih 😢…itu yang ku rasa saat membaca judul yang ini,mau nangis tapi masih pagi.Kutahan air mata ku karena tidak mau mengawali pagi ini dengan air mata.

Kami sudah berkumpul diruang kegiatan di gedung Bandiklat Lubuklingau. Mendengar dan memahami setiap materi yang fasilitator berikan.Kemudian dilanjutkan dengan launching buku “Kronik Prahara” yang ditulis oleh Septi Wahyuni.Setelah itu kami mendengarkan pendapat,kritikan,dan saran tentang buku ini oleh mas Vudu dan mba Sinta. Singkat cerita intinya buku Kronik Prahara yang merupakan kumpulan cerpen ini adalah buku yang menyuguhkan cerita yang cukup menarik karena mengaduk-aduk emosi dan perasaan pembaca,meskipun mba Sinta yang juga merupakan seorang penulis menyampaikan beberapa kekurangan buku ini salah satunya ada beberapa kata yang terlewat dari proses editing karena salah penulisan,dan dia juga berpendapat bahwa kalimat di bawah judul tidak perlu ditulis karena membuat cerita mudah ditebak oleh pembaca.

Banyak sekali cerita dan ilmu yang didapat hari ini. Setelah launching buku,makan dan solat kami menuju bennyinstitute.Sesampainya disana dibagi dua kelas.Kelas yang pertama saya mendengarkan cerita perjalanan mas Benny Arnas hingga mendirikan bennyinstitute.Kelas kedua kami peserta diajarkan tentang aksara ulu lubuklinggau.

Berawal dari seorang penulis cerpen diharian kompas,nama Benny Arnas mulai dikenal media.Hingga banyak prestasi yang diraih sepanjang perjalanan menjadi penulis.Pemerintah Daerah pun memberikan perhatian serius dan terus mendukung kreativitas mas ben.Mas ben menceritakan ketika ia bergabung di komunitas lingkar pena yang anggotanya kebanyakan guru bahasa inggris,disitulah awal mula berdirinya bennyinstitute.

Diajarkan aksara ulu alhamdulillah sedikit bisa.Setidaknya bisa menulis nama s3ndiri dan beberapa kata yang lain.

 

 

 

 

 

Comments
Loading...