education.art.culture.book&media

BELAJAR DARI HOAKS (Esai Lingkaran Kopdar #5)

Abstrak
Di era Teknologi Informasi, terminologi hoaks makin populer. Keberadaan media sosial dengan jumlah pengguna yang terus membludak membuat penyebaran informasi kebablasan, baik dalam hal kecepatan maupun kontennya. Menerapkan studi literatur-terverifikasi, esai ini mengajak pembaca mengenal hoaks hingga memandang keberadaannya dengan kacamata yang positif. Apakah memang ia penting atau sekadar perlu, tentu ia memerlukan telaah lebih lanjut.
Kata kunci: hoaks, teknologi informasi, media sosial.

Hoaks, Penting atau Sekadar Perlu?
Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah semakin canggih dan merambah berbagai bidang. Hal ini berdampak pada hubungan sosial dalam masyarakat. Dalam penerapan teknologi informasi, hoaks muncul sebagai respons atas pesatnya kemajuan yang bernama teknologi informasi. Hoaks berasal dari bahasa Inggris “hoax” yang berarti kabar bohong. Meskipun kabar bohong sudah ada sejak lama (bahkan secara filosofis-holihistoris, penyebab “dibuangnya” Adam dan Hawa ke Bumi karena termakan hoaks Iblis), tapi di era industri, hoaks mulai “ diperkenalkan” pada tahun 1808. Hoaks-yang-dipublikasikan untuk kali pertama adalah almanak atau penanggalan palsu yang dibuat Isaac Bickerstaff alias Jonathan Swift pada 1709.

Penyebaran hoaks sangat sulit disaring. Konten-konten yang berseliweran di media sosial makin sulit diteliti muatannya—mengandung hoaks atau tidak. Secara dampak, hoaks sendiri ternyata dapat menimbulkan perselisihan hubungan sosial dan juga kerugian material maupun immaterial, tergantung seberapa dahsyatnya hoaks itu menyebar.

Hoaks sendiri menyebar melalui pengguna media sosial (medsos) yang cenderung berinteraksi dengan orang yang memiliki ketertarikan yang sama. Sifat medsos yang cepat dan mudah dibagikan (shareability) membuatnya menjadi aplikasi-berbasis-internet favorit dalam menyebarkan informasi. Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan, era internet telah membuat kita sulit membedakan mana yang palsu dari fakta. Meskipun begitu, ada yang menarik dari fenomena hoaks. Ternyata hoaks tidak hanya berdampak negatif, secara tidak langsung ia menjadikan pengguna medsos lebih selektif dan cerdas memilih media dan berita. Namun, apakah karena itu ia menjadi penting atau sekadar diperlukan untuk ada, untuk memelihara daya kritis masyarakat?

Hari Ini dan Teknologi Informasi
Teknologi informasi merupakan gabungan antara teknologi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang digunakan untuk mengelola data, meliputi memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, dan memanipulasi data (Nuryanto, 2012). Teknologi informasi adalah ilmu yang mempelajari penggunaan teknologi sebagai media pengelola informasi. Dalam perkembangannya, teknologi informasi terbagi menjadi 3 masa, yakni sebagai berikut (Sobri, 2017):
• Masa Prasejarah
Teknologi pada masa ini berfungsi untuk pengenalan bentuk-bentuk seperti informasi yang terdapat pada dinding gua. Pada masa ini juga belum dikenal tulisan.
• Masa Sejarah
Pada tahun 3000 SM, tulisan pertama digunakan oleh Bangsa Sumeria dengan menggunakan simbol yang dibentuk dari piktograf. Simbol ini memiliki bunyi yang berbeda sehingga dapat menjadi suatu kata. Teknologi pada masa ini masih digunakan oleh kalangan terbatas karena harganya mahal.
• Masa Modern
Pada masa ini, perkembangan teknologi sudah berkembang pesat, dimana ukuran perangkat semakin kecil sedangkan fitur yang dimiliki semakin canggih. Salah satu contonya adalah komputer.
• Media Sosial
Pada tahun 2016, dari 256,2 juta jiwa penduduk Indonesia, terdapat 132,7 juta jiwa yang sudah terhubung ke internet. Konten yang paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia adalah media sosial (nextdigitalmarketer.com, 2017).

Etika Berkabar
Etika berasal dari bahasa Yunani yakni “ethos”, yang artinya watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia (Suryana, 2013). Menurut Business Dictionary, etika adalah konsep dasar dari perilaku manusia yang baik. Ada 3 teori etika klasik, yakni Utilitarian, Kantian dan Aristotelian. Ketiga teori ini termasuk ked alam etika normatif (Hourdequin, 2015).
• Utilitarian
Etika yang dibangun berdasarkan intuisi moral dan digunakan secara luas. Utilitarian adalah teori moral konsekuentialis. Konsekuensi yang baik adalah satu-satunya kebaikan moral.
• Kantian
Kunci utama dari etika Kantian adalah rasionalitas, autonomi, respek, dan timbal balik.
• Aristotelian
Etika berdasarkan autoritas dan akibat dari tindakan. Etika ini juga dikenal sebagai etika karakter, dimana orang yang baik cenderung melakukan hal baik pula.
• Berita Hoax
Menurut (Apandi, 2017), hoax (atau hoaks setelah diindonesianisasikan) adalah sebuah berita palsu atau bohong. Hoaks digunakan untuk menipu atau mengakali pembaca atau pendengar untuk mempercayai sesuatu. Hoaks dapat menyebabkan munculnya fitnah, pembunuhan karakter, perang pernyataan di media sosial, putusnya silahturahmi dan rusaknya kerukunan hidup masyarakat. Dalam artikel di hai.grid.id, terdapat 10 jenis berita bohong yang sering diterima oleh masyarakat, yaitu: sosial politik, sara, kesehatan, makanan dan minuman, penipuan keuangan, IPTEK, berita duka, candaan, bencana alam, dan lalu lintas.

Hoax membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, seperti ujaran kebencian, fitnah, isu provokatif, sentimen SARA dan pemutarbalikan fakta. Hoax juga melanggar prinsip jurnalisme daring yang isinya sebagai berikut (Given, 2017):
• Tidak boleh plagiat
• Terbuka atau transparan
• Tidak menerima suap
• Menyelidiki kebenaran dan memberitakannya
• Jujur

Di Indonesia, undang-undang yang mengatur mengenai informasi dan transaksi elektronik adalah Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) atau Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 yang berbunyi, “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik”.

Dalam pasal 28 ayat 1, kata “bohong” artinya informasi yang tidak benar adanya. Sedangkan kata “menyesatkan” artinya dampak yang ditimbulkan akibat berita bohong tersebut (Sembiring, 2017).

Memeriksa Validitas Kabar
Perkembangan teknologi saat ini sudah merambah berbagai bidang kehidupan manusia. Salah satu bentuk dari perkembangan teknologi yang memiliki pengaruh besar adalah media sosial. Media sosial digunakan sebagai sarana menjalin pertemanan dan menyebarkan opini, berita atau informasi.

Namun dalam perkembangannya, media sosial sering disalahgunakan untuk menyebarkan opini, berita, atau informasi yang mengandung kebohongan (hoax), pencemaran nama baik, ujaran kebencian, hingga ancaman (Pratama, 2016). Dampak yang diakibatkan pada individu yang diberitakan adalah turunnya kredibilitas dan kehilangan kepercayaan secara sosial. Sedangkan dampak pada masyarakat dapat memicu perselisihan, keributan serta ketidaktenangan sosial dan menyangkut politik dan SARA dapat memecah-belah bangsa (Monohevita, 2017).

Dalam menghadapi banyaknya opini, berita, atau informasi yang diterima, masyarakat diharapkan dapat lebih siap, cerdas dan bijak. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mempublikasikan sesuatu di media sosial (Pratama, 2016):
• Pastikan kebenaran informasi
• Menghindari hal yang dilarang UU ITE
• Menghadirkan nilai yang sesuai
• Post dalam kondisi tenang
Di Indonesia, perlawanan terhadap hoaks sendiri dilakukan melalui gerakan literasi digital yang digunakan untuk membangun karakter bangsa. Literasi digital adalah ketertarikan, sikap dan kemampuan seseorang yang menggunakan teknologi informasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisa, mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan, dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berperan efektif dalam masyarakat (Iin Hermiyanto, 2013). Terdapat dua metode yang digunakan, yakni dengan memasukkan pengetahuan literasi digital ke kurikulum sekolah dan bekerja sama dengan public figure (Agung, 2017). Hoaks dapat diindentifikasi juga dengan beberapa hal berikut (Monohevita, 2017):
• Beritanya berasal dari sumber yang belum jelas/tidak dapat dipercaya.
• Gambar, foto atau video yang dipakai merupakan rekayasa.
• Menggunakan kalimat yang provokatif.
• Mengandung unsur politis dan SARA.

Kembali ke Sumber Terpercaya
Masyarakat perlu mengetahui apa itu hoaks untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif kabar bohong, serta bersikap lebih bijaksana dalam menanggapi perkembangan teknologi informasi dan menelaah kebenaran dari informasi sebelum dibagikan ke orang lain. Cepatnya penyebaran informasi tetap perlu disikapi dengan tenang dan jernih. Masyarakat harus cerdas dalam mempercayai informasi yang diperoleh dengan memastikan kembali ke beberapa sumber yang terpercaya.***

Referensi
• Minano, R., Aller, C. F., Anguera, A., & Portillo, E. (2015). Introducing ethical, social, and environtmental issues in ICT engineering degrees. Journal of Technology and Science Education, 5(4), 272-285.
• Data Statistik Pengguna Internet Indonesia Tahun 2016. (2017, June 14). Retrieved from http://nextdigitalmarketer.com/data-statistik-pengguna-internet-indonesia/
• Bahar, A. Ini Dia 10 Jenis Berita Hoax yang Laku di Masyarakat, Hati-hati ya!. (2017, May 16). Hai. Retrieved from http://hai.grid.id/Feature/Event/Ini-Dia-10-Jenis-Berita-Hoax-Yang-Laku-Di-Masyarakat-Hati-Hati-Ya
• Lawan Hoaks dengan Literasi Digital. (2017, October 22). Kompas. Retrieved from http://regional.kompas.com/read/2017/10/22/23213851/lawan-hoaks-dengan-literasi-digital
• Setiawan, I W. A. Anti Hoax Sang Pendidik: Etika Jurnalisme dan Tantangan Berita Hoax. (2017, November 07). Retrieved from https://www.kompasiana.com/iwayanagussetiawan/5a01b503ade2e163503eeaf2/anti-hoax-sang-pendidik-etika-jurnalisme-dan-tantangan-berita-hoax
• 5 Prinsip Etika Jurnalisme Online. (2017, May 28). Kompas. Retrieved from https://www.kompasiana.com/givenmeilany/5-prinsip-etika-jurnalisme-online_592781add5937382048b4567
• Tashandra, N. Media Sosial, Penyebaran “Hoax”, dan Budaya Berbagi. (2017, February 14). Kompas. Retrieved from http://nasional.kompas.com/read/2017/02/14/09055481/media.sosial.penyebaran.hoax.dan.budaya.berbagi.
• Agung, B. Program Literasi Digital Sasar Millenial Demi Tekan Hoax. (2017, October 03). CNN Indonesia. Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20171002171758-192-245609/program-literasi-digital-sasar-millenial-demi-tekan-hoax
• Sembiring, T. Hoaks Menurut Hukum. (2017, September 12). Kompas. Retrieved from https://www.kompasiana.com/theosem
biring/59b7a51d4548027ff535adf3/hoax-menurut-hukum
• Pratama, A. H. 4 Hal yang Harus Kamu Perhatikan Sebelum Mempublikasikan Informasi di Media Sosial. (2016, November 21). TechinAsia. Retrieved from https://id.techinasia.com/etika-menyebarkan-informasi-media-sosial.
• Hermiyanto, I. Literasi Digital. (2013, April 08). Literasi Digital. Kompas. Retrieved from https://www.kompasiana.com/iinhermiyanto/literasi-digital_55280e9df17e61ba098b45bc
• Sobri, M. Emigawaty, & Damayanti, N. R. (2017). Pengantar Teknologi Informasi. Yogyakarta : ANDI.
• Nuryanto, H. (2012). Sejarah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta

 

Tentang penulis:

Desy Arisandi

 

 

 

 

 

 

 

 

*Esai pemantik diskusi di atas kemungkinan besar akan direvisi sesuai bentuk terbaiknya ketika akan dibukukan dalam Bunga Rampai Esai Lingkaran kelak.

Comments
Loading...