education.art.culture.book&media

Buat Film Pendek? Kenapa Tidak!

Tugas Essay

Siapa yang tidak pernah menoton film? Film adalah hiburan manusia modern saat ini. Menontonnya bisa melalui bioskop, televisi, youtube dan lain-lain. Selain mendapatkan hiburan menonton juga memberi pengalaman baru, pengetahuan serta informasi. Saat ditanya oleh temanku untuk ikut dalam Lubuklinggau Short Movie Festival 2017, Kenapa tidak! Film pendek adalah sebuah hal baru yang mesti dicoba.

Tak terbayang ketika aku membuat sebuah film pendek yang dilakukan sendiri. Hal tersebut mematahkan pikiran burukku bahwa jangan pernah meremehkan diri sendiri. Ketika kita mau dan ingin melakukan sesuatu maka kita pasti bisa. Istilah banyak jalan menuju roma  memang benar, selalu ada solusi  dalam setiap pekerjaan. Satu-satunya penghalang besar untuk maju adalah diri individu itu sendiri. Bagaimana ia mengendalikan egonya akan mempengaruhi hidupnya.

Aku bisa melakukan sesuatu dengan keterbatasan. Keterbatasan bukan suatu dinding yang membuat kita tak bisa berkarya. Justru keterbatasan adalah suatu tantangan untuk kita bersemangat berkreasi. Kreatifitas tanpa batas! Kreatifitas tak melulu soal ketersedian yang lengkap. Sejatinya dalam diri manusia tersimpan potensi yang mampu mengubah sesuatu menjadi seni yang indah. Contohnya pemenang film pendek yang menggunakan Smartphone  Xiomi bisa masuk nominasi dan membawa dua penghargaan untuk sutradara serta film terbaik LSMF 2017, salut!!

Hasrat adalah modal dalam pengerjaan film pendek yang aku ikuti dalam lomba Lubuklinggau Short Movie Festival 2017. Terserah menang atau tidak yang penting berpartisipasi demi sebuah pengalaman baru. Mencari kesenangan dalam dunia cinema membuat segala yang tak tertuang ketika menulis keluar. Menjadi berbeda dalam di dunia berbeda sungguh menyenangakan. Bebas mengeksplorasi diri rasanya lepas secara emosional hingga merasakan kegembiraan yang untuh.

Sadari betul untuk menjadi mahir perlu melangkah perlahan melalui berbagai proses. Dalam mengarap film itu banyak sekali kekurangan yang kujadikan pelajaran. Selanjutnya ke depan akan ku benahi dalam film pendekku yang lain. Menjadi sutradara dadakan waktu itu membuat kegelian yang mewarnai pikiran. Merasa lucu terhadap film sendiri, muak, geli, alay, dan lain-lain. Apapun itu kita harus nyakin dan menerima apa yang telah kita kerjakan. Kreatifitas yang telah kita lakukan dalam mengekplorasikan diri kita.

Melakukan hal yang tak biasa dan bukan bidangnya menjadi sebuah tantangan. Menikmati proses dan menjalani pekerjaan itu membuat keingintahuan meletup-letup. Mencari ide, menulis skenario, mensutradara dikerjakan sendiri dengan belajar di internet dan youtube. Rasanya benar-benar asik dijalani tanpa beban yang membuatku lepas untuk mengekplorasikan diri. Tak banyak ide waktu itu membuatku mengadaptasi cerpenku sendiri untuk kujadikan film pendek. “Do you love me” merupakan cerpen lama yang aku angkat untuk film pendekku. Kisah fiksi itu entah kenapa memanggilku untuk dijadikan film dalam lomba LSMF 2017. Walau tak sesuai tema aku mencoba merangkainya untuk bisa seirama dengan tema yang diangkat.

Dalam membuat film pendek bisa memakai kamera profesional, sederhana bahkan kamera smartphone. Buktinya dengan kreatifitas yang baik film The Mask dalam LSMF 2017 mendapatkan dua penghargaan bergengsi. Tinggal bagaimana kreatifitas yang kita miliki serta ide yang kita punyai bisa dikerjakan dengan rapih. Sama seperti yang kulakukan dalam film pendekku yang menggunakan kamera Smartphone 16 pixel. Semua tak jadi masalah yang penting bagaimana kreatifitas kita bekerja.

Membuat film pendek sendiri butuh tim untuk pengerjaan setiap devisi. Setiap devisi tak hanya mengerjakan tugas sesuai porsi tapi juga harus bersinergi untuk bisa mengembangkan film. Film butuh banyak mata untuk bisa menjadikannya film yang baik. Dengan banyaknya pendapat serta masukan dari setiap devisi bisa membantu kita menjadi lebih baik dalam pengerjaan film pendek tersebut. Tetapi sekali lagi bahwa sutradara serta editor adalah nyawa dibalik film pendek itu. Mereka adalah ruh dalam raga film, mencipta, meramu, mengerak, adalah tugas yang mereka embani. 

LSMF 2017 telah berlalu dengan menyisakan kegembiraan yang tak terelakan. Pemenang jelas mereka yang terbaik dan yang belum adalah pemenang yang tertunda. Tak ada film yang buruk, yang salah, yang ada adalah film yang sesuai dan tidak sesuai. Bijaknya jadikan pelajaran bagi kita untuk lebih baik lagi dalam berkreatifitas ke depan. Tepislah keraguanmu, kuburkan pikiran lemahmu, kita bisa berkreatifitas dengan keterbatasan. Keterbatasan bukan halangan untuk mencipta justru ia adalah tantangan untuk dihadapi. So, buat film pendek! Kenapa tidak!   (Tanjung Aur, 6 Januari 2017)

 

Comments
Loading...