education.art.culture.book&media

IBU

Namaku Nafisya Az-zahra, aku anak satu-atunya dari Azam Abdullah dan Siti Fatimah. Aku berasal dari keluarga yang kurang mampu, aku anak yang manja, apa saja yang aku inginkan harus terpenuhi.

Hari ini dalah hari ulangtahunku yang ke -17 tahun, aku ingin hari ini menjadi hari yang sangat mengesankan bagiku. Maka dari itu aku ingin meminta sesuatu kepada Ayahku.

Aku bergegas ke ruang makan bergabung bersama ayah dan ibuku. Zahra: “ayah hari ini aku berulangtahun aku ingin motor, aku malu sama teman-temanku karena aku ke sekolah berjalan kaki. Semua teman-temanku sudah ada motor.” Ayah berkata: “Zahra ayah belum ada uang untuk membeli motor kan kamu tau sendiri, jualan mainan ayah belum laku. Biaya untuk ibumu berobat saja tidak ada, apalagi untuk membeli motor.” Sambil mengelah napas. “ pokoknya besok motor itu harus ada.” Kata Zahra sambil membentak. Ayah beserta ibunya terkejut mendengar bentakan dari Zahra. Ibu berkata: “ nak ayahmu belum ada uang, kalau jualan ayah laku, baru ayahmu  mencicil untuk membeli motor.” Sambil meringis dan memegang dada. “ Ibu dan Ayah tidak sayang aku lagi.” Sambil berdiri dan pergi keluar. Setelah itu Ibu pingsan, “Ibu, ibu, ibu bangun sambil berlari yergopoh-gopoh ayah membawa ibu ke rumah sakit.

Sedangkan Zahra asik-asikan bersama teman-temanya berkeliling Kota Jakarta. Tidak tau bahwa Ibunya masuk rumah sakit, saat pulang kerumah Zahra sangat terkejut. “ kenapa di rumahku banyak orang.” Katanya dalam hati. Saat masuk rumah sekujur tubuh telah tertutup kain putih dan di kelilingi oleh orang-orang yang sedang membaca yasin, serta Ayah menangis tersedu-sedu sambil memeluk sekujur tubuh itu. “ Ayah ada apa, kenapa banyak orang, ini siapa yang ayah peluk dan tangisi.” Kata Zahra sambil menghampiri Ayahnya. “ Zahra ini Ibumu nak.” Kata Ayah sambil menangis. Saat mendengar apa yang Ayah katakan duniaku runtuh, air mataku turun dengan sendirinya bahkan aku tidak kuat lagi menahan air mataku ini,bahkan untuk berdiri pun Aku tidak kuat. Sambil memeluk ibunya Zahra berkata.” Ibu maafkan Zahra tidak mendengar perkataan ibu, Zahra menyesal, telah membentakmu ibu, bangun ibu maafkan Zahra, Zahra berjanji, kalau ibu bangun Zahra akan mendengarkan perkataan ibu dan ayah.” Sambil menangis tersedu-sedu dan memeluk ibunya.

Benar apa kata pepatah surga ada di telapak kaki ibu. Tanpa ibu kita tidak akan ada di dunia ini, maka hormatilah ibumu, ibu yang berjuang tanpa ada imbal jasa mengandung, melahirkan, menyusui dan mengasuhmu hingga besar.

Comments
Loading...