education.art.culture.book&media

Skeptis Pinggiran Asa

pesona malam yg menggantung bagai tak bertuan.
pesisir jln heboh tak berbisik..
duhaaaiii desiran angin sampaikan pesan kami.
pesan yg terungkap namun tak bernada.
pesan yg terkapar namun tak berwujud.
pesan yg kami pun terseok dan terjuntai, lunglai tak berdaya walau sekedar menancapkannya . . .

titik menyeruak kesunyian
terhembus deras bermekaran
sahdu menguhujam
dalam diam

Melalui desir angin yang melintasi pendengaran
Pesan itu sampai dengan bisikan alunan melodi yang berasal dari angin..
Menandakan kemurnian rasa yang bergemuruh dengan dahsyatnya..

lantunan nada yg simponinya tak beraturan menambah kenyataan yg kian buram…

hujan hendak kemana kau berlari..
menarilah, bernyanyilah hingga lautanpun tau bahwa kau membawa kehidupan…

malam menitipkan cintanya,
cinta yang berriak dan berombak.
namun sang karang bebatuan enggan utk menempatkan riakkan ombaknya malam.

terhempas, hampa dan terdampar..

Gemuruh yg saling besahutan
Semakin mnjelaskan rasa sepi  mnyergap diri
Duhai air jelaskan lah bahwa ini hnya sementara,,,
Sementara menanti hangat nya mentari memeluk hati

menghidupkn senyuman…
terkikih dalam geram
jauh di sudut yg bsuk melayang tak bernyawa berbilang tak bertuan antri menghujam du dasar keangkaraan..

Desiran angin dikala sunyi seakan mengusik keramaian dalam sepi..
Lambaian dingin sang angin malam seolah sekadar lalu menghilang..
Jikapun kau bertepi sejenak di sudut hati
baiknya tak perlu kau hampiri lagi..
Karena kelamnya malam telah membeku oleh denting derasnya sang hujan..

Rintihan bak aliran air yang mengalir dengan hebatnya..
Ketika darah telah beku bersama dingin nya malam, laju tak akan kenal lelah..
Menunggangi kuda yang berlari dengan kencang..
Dengan ini, kekuatan sejati menjadi panah yang menyasar ke hati

Mendung pun berarak, meninggalkan kepingan demi kepingan jiwa yg lara.
Pundak yg kering kerontang menanti datangnya hujan.
Wahai air yg mengalir lembut
Menyusupi setiap relung kalbu
Membasahi jiwa yg rapuh
Tetaplah disini, sirami jiwa2 kami

Jejak langkah takkan surut meski aral menghadang lutut..
Merah saga menjadi saksi jiwa yang mati bangkit kembali..
Biarlah gemuruh perpaduan angin menjadi bagian dari langkah ini..
Namun jiwa takkan mati, langkah takkan berhenti..

deruhnya angin mengusap lembut lembaian kainku yg menjuntai..

berdegup asa yg hilang tak berpesan..

pesona malam kian menyerbakkan panorama bisingnya.

diamlah !
kan ku sampaikan dengan lantang inginku.

kan kucari, dimana elips rinduku yg buram.

sang perindu yg kian liar. kini jatuh  menyelemai dasarnya lautan…

Duhai sang perindu…
Masihkah kau tetap merindu?
Pada pesona malam yg menggantung,
Pada titik yg menyeruak kesunyian,
Pada bisik angin yg mendesir,
Pada lantunan nada yg memburam,
Pada gemuruh jiwa yg menyiratkan kepedihan,
Pada ringkih senyuman yg merintih,
Pada mendung berarak yg mengiring jejak perlawanan

Duhai sang perindu…
Akankah kau tetap merindu?
Di tengah retak kerontang tanah ini,
Di tengah panas kemarau negri ini,

Akankah…
Sedang diri tak kuasa melawan tirani,
yang kian membelit anak negri.

Akankah…
Akankah tetap bertahan,
Sedang diri dalam kesusahan.

Duhai sang perindu,
Ku tetap merindu rindumu.

 
Comments
Loading...