education.art.culture.book&media

Syuting Film Dokumenter Dayang Torek Selesai

Pada 7 September 2021, Benny Institute akhirnya merampungkan produksi alias pengambilan gambar film dokumenter Dayang Torek.

“Alhamdulilah, akhirnya selesai sebuah tahap yang sangat penting: pengambilan gambar wawancara, lanskap tiga daerah, dan stockshots!” kata Dede Yonass, sutradara film ini.

Sementara Rifqy yang bertindak sebagai manager produksi mengatakan bahwa semuanya berjalan sesuai rencana. “Hamdalah cuaca mendukung. Kami tidak pernah menyangka kalau ini akan selesai sesuai dengan breakdown syuting,” katanya bersemangat.

Lebih jauh, Rifqy kemudian menguraikan bahwa syuting film ini mengambil lokasi syuting di Lubuklinggau, Musirawas, dan Muratara. Para narasumber yang berasal dari kalangan budayawan, seniman, filolog, sastrawan, dan pekerja media akan dilibatkan. Berikut rinciannya:

  • 26 September: Ulak Lebar (Narsum: Komar)
  • 27 September: Batuurip (Narsum: Basir)
  • 28 September: Lubuk Tanjung (Narsum: RD Kedum)
  • 29 September: Batu Gajah (Narsum: Suvardi)
  • 30 September: Lawang Agung (Narsum: Ridho Amilin)
  • 1 Oktober      : Muara Beliti
  • 2 Oktober      : Tiang Pumpung Kepungut
  • 3 Oktober      : Tanah Periuk (Narsum: Cikwan)
  • 4 Oktober      : Binjai (Stock shots)
  • 5 Oktober      : Talang Rejo (Narsum; Ratna Yudi)
  • 6 Oktober      : Simpang Periuk (Narsum: Solihin)
  • 7 Oktober      : Talang Bandung (Narsum: Azman Bainuri)
  • 8 Oktober      : Kalianda (Ferry Irawan)

Tidak main-main, film ini melibatkan  total 30 orang tim produksi dengan rincian: 15 orang dalam tim produksi dari Benny Institute dan 15 orang freelance  atau relawan.

Film yang disutradarai Dede Yonas Saputra ini adalah karya puncak Benny Institute dari rentetan wahana yang menampilkan Dayang Torek.

Pada 2009, versi cerpen besutan Benny Arnas nya yang berjudul “Kembang Tanjung Mahkota Tujuh” termaktub dalam kumpulan cerpen Bulan Celurit Api. Benny Arnas lalu menulis sekaligus menyutradari teater di bawah tajuk “Kembang Tanjung Mahkota Tujuh” pada 2015 dan “Bila Mencintai Dayang Tari” (2018). Pada 2019, film Dayang Torek mulai diproduksi, tapi berhenti di tengah jalan karena sumber daya materi yang tidak memadai.

Tahun 2021 ini, dengan dukungan Kemdikbudristek, Dayang Torek akhirnya diproduksi.

Hingga tulisan ini diturunkan, Benny Institute sedang melakukan tahap editing yang diprediksi memakan waktu 30 hari. Pascaproduksi menjadi sangat lama karena, selain menyunting gambar dan audio, aktivitas lain juga berlangsung di tahap ini, yaitu: perekaman narasi dan lagu Silampari, penerjemahan subtitle ke dalam bahasa Inggris, coloring, grading, hingga internal preview.

Comments
Loading...