education.art.culture.book&media

Tetesan air mata terakhir ibu wati

Pagi hari seperti biasanya ibu wati bangun subhu, banyak hal yang  ia lakukan dari sholat subhu, dari membersikan rumah hingga menyiapkan makanan untuk keluarga kecil yang ia sanyangi tetapi sebelum ia melakukan hal itu semua, ia pasti membangunkan kedua anaknya dari tidur mereka untuk mengajak kedua anaknya untuk sholat, kedua anaknya bernama Ahmad dan Ayu.

Ahamd dan Ayu  pada waktu itu dalam masa menuntut ilmu, mereka masing-masing telah melanjutkan kuliah, ada yang semeeter 3 dan ada juga yang semester 5. Tapi didalam mereka mengejar S1 nya ibu wati sangatlah berjuang demi kedua anak yang ia cintai itu. Memang ibu wati tidak sendiri dalam berjuang membiayakan kedua anaknya sekolah melainkan ada suami yang selalu menemani ibu wati yaitu pak rizal.

Ibu wati dan pak rizal sudah 30 tahun berumah tangga , tentunya banyak hal yang telah di alami kedua pasang suami istri ini dari hal yang menyenangkan sampai hal yang tidak menyenagkan. Pernah suatu hari kedua pasang ini tidak memiliki satu rupiah uangpun hingga akhirnya kedua pasangan ini meminjam uang ketetengga kanan-kirinya.

Tetapi hal itu tentunya tidak membuat kedua pasangan ini putus asa, terutama pada buk wati yang selalu sabar dalam menjalankan hidup yang kadang naik kadang turun itu bahka ketika kedua anaknya harus membanyar uang spp perkulihan yang mencapai 5 juta keatas tentunya auang yang jumlah segitu tentunya bukan nominal yang sedikit, tapi harus bagaimana lagi ibu wati harus mencari uang tersebut untuk membanyar spp tersebut. Hingga akhirnya ia menghubungi anak nya yang lain. Tetapi anak yang ini bukanlah anak kandungnya. Sebagai catatan ketika ibu wati menikah dengan pak rizal, pak rizal telah memiliki anak dari istirinya yang telah meninggal.

Ketika ibu wati menghubungi Mukmin(anak ibu wati dari istri pak rizal sebelumnya) belum ada tanggapan, dua kali belum ditanggapin dan pada akhirnya di tanggapin mukmin, “asssalamuualikum nak” ujar buk wati ”waaikumsalam buk” , dari awal ercakapan itu pada akhirnya terucaplah bahwa maksud dari buk wati menghubungi mukmin untuk meminta bantuan untuk membiayain kedua adiknya mukmin untuk kuliah.

Pada akhirnya mukminpun mau membiayain kedua adiknya itu untuk kuliah hingga selesai, begitu bahaginya buk wati mendengar hal itu, hingganjatuh air mata yang pada akhirnya membasahi pipi keriputnya itu.

Ibu wati berharap dengan uang itu jedua anak nya itu menjadi orang yang sukses dan dapat membawa perubahan untuk kedua anaknya itu. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Pada akhirnya anak perempuannya yang bernama Ayu mengakhiri perkulihannya dengan nilai bagus. Begitu bahagianya ibbu wati, ia langsung sujud kepada allah atas apa yang tekah di berikan padanya.

Tangan keriputnya langsung memeluk anaknya dan berkata “selamat nak atas gelar S1nya” dengan tetsan air mata kebahagiaan ia pun mengajak anaknya itu pulang kerumah, dirumah tentunya ia telah menyiapkan makanan yang anaknya sukai sehingga anaknya pun sangat bahagia “makasih buk, makasih atas apa yang telah ibu perjuangkan, atas apa yang telah ibu berikan” dan ibu watipun menjawab “ia nak sama sama, ibu berharap semua ini  dapat berguana bagimu dan orang orang sekitarmu kelak”.

Teteapi kebahigian itu tidak berkangsung lama karena pada suatu waktu buk wati mendengar kabar dari teman anaknya satu lagi bahwa Ahamda terkena penyyakut “buk wati,,,buk,, saya ingin memberitahukan bahwa anak ibu Ahmad terkena penyakit tumor” terkejut ibu wati, menetes air matanya, dan langsung mencari anaknya.

Ibu wati melihat anaknya tertidur di ruangan rumah sakit tanpa daya. “nak,,,kenapa kau tak member tau ibumu?” ahmad hanya diam, karena tak sanggup untuk bicara.

            Dengan tetesan air mata buk wati merawat anaknya dengan kasih sayang, menagis ibu wati tak sanggup melihat anaknya, “tuhan berikan penyakit anakku untukku saja, supanya ia dapat sehat kembali”. Tapi doanya tak sesuai harapanya, Ahmad pun dipanggail sang maha kuasa.

                                           “kasih sayang ibu pada anaknya akan selalu ada hingga nyawamu tak lagi diragamu”

Comments
Loading...