education.art.culture.book&media

BERDARAH DINGIN

Pagi tadi terdengar suara keributan dari para tetangga ku, mereka mulai berkerumun bersama para petugas medis dan aparat kepolisian. Aku tidak mengerti apa yang sudah terjadi, mengapa semua orang mulai merasa cemas dan mengalami kesedihan berlebih. Aku ingin keluar melihat, tetapi ibu melarang ku. Dan akhirnya, aku hanya bisa mengintip dari luar jendela kamar. Rasa penasaran ku semakin menjadi, saat aku menerima pesan dari sahabat ku, yaitu Aisyah. Aisyah mengirimkan pesan kepada ku, ia menuliskan pesan bahwa telah ditemukan mayat seorang, anak berusia empat tahun yang telah dimutilasi, serta indentitas nya  belum dikenal. Aku sangat terkejut dan bahkan handphone yang aku genggam, jatuh kelantai. Siapa yang tega membunuh anak berusia empat tahun, dengan cara sekenjam itu. Dan mengapa pelakunya membunuh anak yang tidak berdosa, aku menangis serta memandang kerumunan di luar jendela Dan berharap para petugas medis dapat mengenalil korban.

Keesokan harinya, aku dan Aisyah bertemu disebuah taman bunga. Kami bercerita tentang kejadian tragis pagi hari kemarin.

Aisyah pun bertanya kepada ku “menurut mu apa motif dari semua kejadian ini?”.

Aku hanya bisa menatap Aisyah dengan lamunan.

Aisyah kembali bertanya, “Aku curiga ini ada hubungannya dengan perdangangan anak”.

Seketika lamunan ku hilang dan menatap Aisyah dengan kedua mata melotot. Ketika ku dengar ucapan yang keluar dari mulut aisyah, itu sangat menakutkan dan tragis. Aku tidak pernah berpikir kalau seandainya apa yang diucapkan aisyah ini benar terjadi. Aku berharap polisi segera memecahkan kasus ini dan menangkap pelaku. Kami berdiam diri sejenak, sambil menghirup aroma bunga yang khas ditaman bunga, dan membuka beberapa aplikasi di handphone. Ketika lagi asik bermain handphone, muncul sebuah notifikasi dari aplikasi twitter . Ku baca dan betapa terkejutnya aku, anak yang berumur empat tahun yang telah dibunuh, dengan cara mengenaskan itu ternyata adalah salah satu warga negara asing, yang diculik untuk dijual organ tubuh nya. Korban berasal dari Korea Selatan, yang bernama Kim Honbyun.

“ YA TUHAN!!! BENERAN INI!! AISYAH LIHAT!!” teriak ku sambil menatap tajam wajah Aisyah.

“ HEI ADA APA?!” jawab Aisyah kepada ku.

“ A-anak itu sya!! Anak itu!! “ Ucap ku dengan nada gugup sambil menunjukkan handphone kepada Aisyah.

“ Sudah aku duga ini ada hubungannya dengan perdagangan anak “ jawab Aisyah kepada ku

Aku hanya diam dan tidak sadar kalo kedua mata ku, telah meneteskan air mata. Hati ku sangat sakit saat mendengarkan kabar buruk ini. Aku dan  Aisyah, tidak percaya kalo kejadian ini akan menjadi topik hangat  yang akan diperbincangkan. Benar-benar menakutkan, Apalagi polisi belum menangkap pelaku, dan ini menjadi salah satu momok bagi semua orang.

Setelah bersama dengan Aisyah seharian, aku pulang kerumah. Segera aku berbaring diatas kasur sambil memeluk boneka beruang kesayangan, disamping itu pikiran ku selalu tertuju kepada Kim Honbyun. Bocah yang dibunuh secara tragis, dan sampai hari ini, polisi belum menemukan pelaku. Benar-benar menjengkelkan! Hatiku sangat kesal. Ku bangkit dari tempat tidur, sambil berdiri dan menatap pemandangan dari luar jendela. Aku melihat pria tua sedang mondar-mandir tidak tentu arah, terlihat sekali dia sedang kebingungan.

“ Siapa pria itu? Aku tidak pernah melihat dia sebelum nya “ Ucapku.

Karena semakin lama semakin aneh, pria itu terus melakukan hal-hal tidak senonoh, aku sangat ketakutan. Dan aku pun berteriak memanggil ibu.

“ IBU!! IBU!! DATANG LAH KEMARI!! “ Teriak ku sambil memanggil ibu.

Tetapi tidak ada jawaban dari ibu, dan aku semakin takut untuk menatap pria tua itu. Argghh!! Sial!! Dia melihat ku dari luar jendela. Segera aku bersembunyi dibalik selimut kamar, jantung ku berdebar sangat kencang ditambah tidak ada ibu sama sekal didekat kui. Aku takut!! Sangat ketakutan, aku memohon kepada tuhan untuk mempercepat waktu di malam ini.

Pagi telah tiba, suara jam weaker terdengar nyaring di telinga, ku buka jendela kamar dan panasnya matahari sangat terasa diwajah ku. Aku lupa betapa menegangkan kejadian malam tadi, sungguh aku tidak pernah lupa dengan sosok pria tua yang betingkah aneh tersebut, ditambah dengan tatapan kosong nya kepada ku. Aku berjalan menuju dapur untuk menemui ibu, tetapi tetap saja ibu tidak ada. Aku sangat merasakan keanehan dirumah ku, bau busuk sangat menyengat tercium.

“ Apakah ada bangkai kucing di rumah ini?! Perut sangat mual mencium nya “ ucapku.

Demi menghilang kan mual diperut, dikarenakan bau yang menyengat.

Aku pun mengambil segelas susu di dalam kulkas, bak disambar petir. Aku pun terkejut dan teriak sekuat mungkin.

“ IBUUUUUUU!!!!! ARGHHHHHH TOLOOONGGG, IBUUUU HIKS IBU HIKS“.

Terlihat kepala ibu ku telah tepotong utuh dibungkus utuh  dengan kantong plastik berwarna putih Serta, sebuah tulisan berisikan kalimat “ Kau terlalu lancang menatap ku dan ingin tau tentang Kim Honbyun, selanjutnya sahabat mu akan menyusul ibu mu “.  kertas yang ditempel diplastis tersebut. Aku menelpon polisi dan menceritakan semua ini.

Aku tidak pernah mengira bahwa aku akan kehilangan sosok ibu secepat ini dan nyawa sahabatku pun terancam. Rasa penasaran ku membuat aku, harus kehilangan ibu, dan apakah sih pelaku berdarah dingin akan mengincar ku selanjutnya? Entah lah. Disini aku mulai menyadari, bahwa pagi ku kini tidak sehangat dan sebahagian dulu, pagi ku tidak akan disambut oleh kecupan dari ibu lagi.

 

 

 

Biodata penulis :

Nama saya pischa putri meiranda atau biasa dipanggil dengan pischa, saya berasal dari kota lubuklinggau. Saya lahir pada tanggal 6 mei 2000, Cita-cita saya ingin menjadi sosok guru sekaligus penulis yang berkompeten dan Berahlag mulia. Saya sekarang tinggal, di kelurahan bandung kota lubuklinggau.

Comments
Loading...