education.art.culture.book&media

Kehidupan

Mengembara. Adalah kata yang benar-benar membuat ku sangat tersihir. Buktinya diriku telah menjadi mahasiswa saat ini, detik, menit, dan jam. Namaku Nofha, mendapat gelar mahasiswa baru di salah satu Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP)dengan bermodal kenekatan dan keniatan yang menggila.

Bahkan beberapa dari mereka mengatakan, “anak tidak prihatin kondisi orang tua”, ” Aku ini ndak yakin awakmu bisa membayar kuliah anakmu nanti”. Ucap mereka kepada kedua orang tuaku.Rasanya diriku ingin memberontak dengan mereka. Dari perkataan itu, aku bertekad kuliah tanpa membuat orang tuaku membayar nya. Mencoba SNMPTN, dengan pilihan dua Universitas yang salah satunya ternama di Sumatera Selatan, Universitas Sriwijaya. Dan universitas Padjadjaran Bandung, Jawa Barat. Dan saat pengumuman tiba,tertulis dengan jelas “Jangan menyerah. Silahkan mendaftar di SBMPTN”. Wajahku terkesan biasa atau bisa dibilang dingin,yang semua orang berfikir bahwa tidak terjadi apa-apa dengan kehidupan ku. Tanpa wajah tersebut,kemungkinan banjir kesedihan yang memporak-porandakan jiwaku berhamburan menyembul,berebut ingin keluar. Namun,hal itu masih bisa teratasi dikala perkataan mereka kembali terngiang dikepalaku.Setelah pengumuman SNMPTN,aku terus mencari informasi tentang kuliah dengan modal beasiswa dan bertemulah dengan SBMPTN. Sekolah ku cukup membantu dalam hal ini dengan mendaftarkan diriku sebagai peserta bidikmisi SBMPTN. Mimpi-mimpiku kembali memancarkan semangat. Dengan semangat aku berusaha meminjam smartphone Mbak(kakak perempuan dalam bahasa Jawa) Fitri. Aku benar-benar menggila sekali. Gengsi ku pendam dalam-dalam meminjam smartphone orang lain. Tujuan ku “Jika saya berhasil lolos SBMPTN ini, saya benar-benar tidak akan melupakan jasa-jasa mereka yang telah membantu saya”. Pendaftaran via online telah selesai. Dilanjutkan dengan test tertulis yang diadakan di kota Palembang. Berbagai macam upaya kedua orang tua saya untuk bisa membiayai saya test SBMPTN di Palembang.Berkebun berangkat pagi pulang petang. Senakal-nakalnya diriku, tetap saja mereka adalah kedua orang tua ku dan aku adalah anaknya, harapan perubahan hidup terbesar. Hingga akhirnya aku berangkat ke Palembang dengan harapan besar mencari pengalaman dan juga harapan besar orang tua ku aku bisa!. Aku belum sepenuhnya merasa terbebani akan hal itu. Tanggal 24 Mei 2019,tepat sekitar seminggu sebelum hari raya Idul Fitri aku berangkat bersama ketiga temanku, Shalsadilla, Febri Yanti, dan Nya Neli naik taksi dari desa ku menuju kota. Sekitar dua jam kami sampai di stasiun Kertapati, Lubuklinggau. 10 jam perjalanan membuatku berfikir banyak hal. Apa yang kubawa dan telah dipersiapkan untuk test ini. Tes Perguruan Tinggi Negeri (PTN)  atau SBMPTN dengan test Ujian Tertulis Berbasis Komputer(UTBK). Hal yang membuat ku melakukan hal sejauh ini bermodalkan NIAT, TEKAD, DAN NEKAT. Sungguh gila bukan?. 25 Mei 2019 aku melaksanakan UTBK di SMA 6 Palembang. Bangunan nya luar biasa mewah menurutku. 27 Mei 2019, aku pun selesai dari UTBK sembari menunggu temanku. Selama empat hari itu aku benar-benar pasrah tidak ingin memikirkan apapun yang membuat beban pikiran bertambah. Seminggu setelah, test selesai sertifikat sekaligus data nilaiku keluar dan siap mendaftar ke SBMPTN. Dengan semangat aku masukan Universitas idaman ku. Kebetulan aku mengambil bidang Soshum, jadi Universitas Bengkulu dan Padjadjaran kembali ku masukan dalam data. Berminggu-minggu aku menunggu hasilnya. Senin, 03 Juni 2019 pukul 21.00 wib – 22.00 wib dengan meminjam kembali smartphone Mbak Fitri, ku buka situs resmi SBMPTN RISTEKDIKTI LTMPT (Lembaga Test Masuk Perguruan Tinggi).  Sungguh, aku sangat bersemangat dan sangat percaya diri dengan nilai UTBK yang ku peroleh. Namun, lagi dan lagi bukan hari yang menguntungkan dan bukan rezeki bagiku. Teman-teman, guru, tetangga ramai bertanya bagaimana hasilnya. Tertulis jelas”Ayo Semangat dan Jangan Menyerah! Masih banyak jalan menunju Roma”.Penyemangat menyesakkan dada. Aku “gagal”. Aku pasrah dan aku hampir menyerah. Orang tua ku memenuhi isi kepala, omongan tetangga, ejekan mereka terhadap orang tua ku, kerja keras orang tua ku membiayai diri ini test ke Palembang. Kota mewah dan mahal, bagiku. Keputusan asaan memenuhi kehidupan ku beberapa minggu. Malas melakukan apapun, bisa down jika ada yang bertanya” Kuliah dimana? ” atau “Kuliah atau nikah? ” Ya Rabb…  

Dua minggu bulan Juli akhir ada hal mendadak yang membuat semangat ku kembali memompa dan tentunya tekanan kembali memberontak. Tepatnya saat pengambilan ijazah, Bapak Kepala Sekolah memanggilku. Aku bingung ada apa? Ada apa? Dan ada apa? Hanya itu yang dalam fikiranku. Sungguh, aku tidak menduga hal ini. Yang terjadi pada saat itu, yang dimalam harinya aku benar-benar berusaha memenuhi segala macam syarat beasiswa di STKIP Lubuklinggau. Ya, hari itu tanggal 21 Juni 2019 dimana semangat ku kembali hadir. Kejadian yang luar biasa. Hal yang harus benar-benar diri ini syukuri. Dan tepat tanggal 02 September 2019 diriku resmi bergelar Mahasiswa. Ayah, Ibu sehatlah selalu. Meskipun, tak bisa ku balas tiap butiran keringat mu untuk ku dan juga keluarga. Setidaknya membuat kalian tersenyum melihat kesuksesan ku. Aku akan jadi seorang anak yang amat beruntung dan bahagia mempunyai orang tua seperti Ayah dan Ibu. Jalan berlubang kalian hadapi pantang putar haluan saat layar mulai terkembang. Dan selama hidup kita akan terus menemukan jalan berlubang untuk mencapai jalan yang mulus. Begitupun, walaupun telah menjadi mahasiswi jalan berlubang tetap akan datang menghadang.(*)

 

Comments
Loading...