RODA YANG BERPUTAR
PAGI… Mentari, masih malu-malu menampakkan sinarnya, menyelimuti butir-butir embun di daunan. Terdengar suara tengger burung di pucuk ranting yang menjulang keangkasa membuat Aku masih terhipnotis di atas tempat tidurku. sehingga Aku malas untuk terbangun, terkadang Aku masih di bangunkan oleh ibu, agar Aku tidak telat masuk sekolah inilah kebiasaan setiap hari shalat subuhpun sering terlewat ( pura-pura tidak memiliki dosa) padahal umurku sudah 18 thn. Aku bersekolah di SMAN Mekarsari Kab. Musi Rawas. Di tempat Aku tinggal memiliki pohon yang rindang nan indah alam yang Allah berikan. Di sekolah hobiku bermain Volly dan Sepak Bola, waktu masih jam belajar Aku dan teman-teman keluar bermain ( di saat Guru sedang menuju kantor) dan wajahku sangat berseri-seri.
Sering di panggil oleh wali kelas karena Aku sering keluar di saat jam belajar dan terkenal anak yang kurang di siplin di sekolah serta seluruh guru mengetahuinnya. Pulang sekolah Aku langsung bermain sama teman-teman hingga pulang kerumah hampir magrib. Maklumlah anak yang manja yang tidak memiliki saudara(anak tunggal), terkadang ibu menyuruhku untuk membantu masak, bersih-bersih rumah dll. Aku selalu melawan,main hp dan tidak mau nurut perkataan ibu, di pikiranku hanya bermain dan bermain sama teman-teman. Selepas shalat Isya’ saat sedang belajar di kamar tiba-tiba terdengar suara Ibu yang memanggil dari bilik ruang tamu.
“Nak..! kemarilah.”
“Iya bu..” ( sambil meletakkan buku diatas meja) sambil berjalan.
Segera menuju di ruang tamu melihat ibu dan bapak sedang duduk di kursi dan Aku memandang kedua bola mata bapak( kelihannya serius yang ingin di bicarakan) pada anak sematang wayangnya.
“Nak…! ibu dan bapak ingin bicara sebentar. “
“Iya bu, silakan.”
“Ibu dan bapak ingin memasukkan kamu di rumah Qur’an (surat pindah sudah di urus oleh kedua orang tuaku).”
“Apa bu (sambil mengerutkan kening)? Aku tidak mau pindah sekolah.” (dengan air mata yang berlinang)
“ini untuk kebaikanmu juga. Ibu dan bapak ingin melihat kamu mandiri.”
Dengan berat hati terpaksa menuruti kemauan kedua orang tuaku.
Keesokan harinya Aku, Ibu dan Bapak sedang menunggu taksi untuk mengantarku di rumah Qur’an yang asing bagiku. Sambil melihat anak-anak berangkat sekolah (ingat dengan teman waktu berangkat bersama), mobil yang ingin di tumpangi sudah tiba di depan mata. Lalu aku masuk dengan wajah yang bertekuk, di perjalan aku masih kesal dan ingin berteriak sekuat-kuatnya( ingin meluapkan isi kesal yang ada di qolbu) namun aku tidak mau melihat kedua orang tuaku sedih oleh tingkahku. Tak terasa mobil sudah di depan asrama anak-anak memberi senyum kepadaku (dengan membalas senyum manis yang terpaksa) ada yang sedang menjemur pakaian, ada juga membersihkan halaman dll.
Mungkin inilah maksud kedua oarang tuaku(agar anaknya mandiri) menyuruhku pindah sekolah di rumah aku tidak pernah membantu ibu beres-beres rumah. Sebelum ibu dan bapak pulang kerumah kami berpelukkan terlebih dahulu melepas perpisahkan seperti sekian lama yang sudah tidak bertemu. Ada beberapa santri menghampiriku serta memberi senyuman yang amat manis begitu juga aku membalasnya dan sambil membantu memasukkan barang-barang yang aku bawa. Selepas shalat Magrib Ustadzah menyuruh untuk berkumpul dan ta’aruf. Ustazah menyuruh perkenalkan satu sama lain serta makanan yang tidak di sukai dll.
Di Asrama ada dua pogram pertama, Takhosos ini untuk menghafal al-qur’an saja dan yang kedua Non Takhosos ini untuk menghafal dan kuliah. Dan ada juga kegiatan lainnya, ada juga piket masak,giliran cuci baju(dua hari sekali) beres-beres seluruh asrama satu minggu sekali. Ada aturan atau tata tertip setiap santri harus harus mematuhi aturan yang sudah ada di asrama mengumpulkan hpny (boleh megang hp hanya hari minggu saja), shalat Tahajud, puasa senin-kamis shalat duha dll.
Waktu 1/3 malam ustadzah membangunkan anak santrinya untuk melaksanakan shalat Tahajud namun di panggil satu-satu ada yang mudah di bangunkan ada juga yang susah di bangunkan. Sebenarnya aku mendengar suara ustadzah memanggil santri-santri lain(pura-pura tidur). Rasanya ingin menangis dan pulang di sisi lain aku tidak mau mengecewakan kedua orang tuaku yang mengantarkan Aku di rumah Qur’an dengan wajah bahagia (agar anaknya berubah menjadi penurut dan anak shaleha) Akupun terbangun untuk melaksanakan shalat Tahajud bersama-bersama.
Usai shalat Tahajud Aku berdoa untuk memohon ampun kesalahan yang sudah Aku berbuat kepada kedua orang tuaku, ada juga tilawah, menghafal yang akan di setorkan oleh Ustadzahnya sebelum berangkat Kuliah ada juga baring-baring dikamar dan antri mandi. Semua anak-anak santri berebut mandi duluan( sambil mengisi tadmon) jika tadmon di isi boleh mandi dua kali sehari. Namun, tadmonya di matikan mandinya satu kali sehari. Aku melihat keseruan di wajah mereka masing-masing kini Aku mempunyai teman baru dan seperti keluarga sendiri. Sedikit demi sedikit sifat mulai berubah tak separah sebelumnya. Hari minggu sudah tiba hp di kasih sama Ustadzah langsung menelfon kedua orang tuaku untuk melepas rindu dan anak semata wayangnya sudah menjadi anak yang mandiri.
PUTRI DEWI SARI
Lahir di Mekarsari, 02 Maret 1994. Belajar di STKIP PGRI Lubuklinggau dengan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Menulis dengan imajinatif adalah merupakan hal yang positif dan mengasah cara berfikir mencari ide-ide yang kreatif menjadi sastrawan pemuda penerus bangsa. Facebook: Putri Dewi Sari.