education.art.culture.book&media

Biola Tua Untuk Ibu

Mungkin seribu kertas kosong tidak akan pernah cukup, kugunakan untuk menulis sosok malaikat tak bersayap seperti ibu. Manusia pertama yang menangis sambil menahan sakit ketika aku dilahirkan, tidak heran rasa sayang ku sangat besar kepada beliau. Tuhan kumohon kau selalu berikan kebahagiaan kepada ibuku, jangan berikan dia kesakitan didunia yang fana ini. Lindungi lah dia serta berikan aku kesempatan untuk membuat dia bangga.

Suatu hari, aku bersama teman ku endi pergi kesebuah toko antik lama, kulihat benda-benda tua yang sudah kumuh dimakan oleh usia, tetapi kesan keindahan dari benda tua ini sangatlah bermakna.

“Kau lihat, benda itu sangat cantik aku, ingin membelinya” Ujar endi kepada ku.

“Kau punya selerah orang tua hahaha” Jawabku dengan nada mengejek.

“Kau bisa saja mengodaku hahaha aku sangat ingin membeli ini” Ucap endi.

“Biola tua ini? Emang kau bisa memainkannya?” jawab ku.

“kau meremehkan ku, tentu saja aku tidak bisa hahaha” balasa endi.

“Canda yang lucu endi hahaha” jawab ku kepada endi.

“Tetapi aku berkeinginan untuk belajar! Kau juga harus belajar biola bersamaku” Ucap endi.

“Kau memaksa ku tetapi sepertinya aku tertarik, baiklah aku akan belajar bersamamu” balas ku.

Setelah melihat-melihat toko antik ini selama 1 jam lamanya, aku dan endi membeli sebuah biola tua yang sangat indah. Meskipun sudah berumur, kualitas biola ini masih terkesan baru. Aku sangat bersemangat untuk belajar. Sesampainya dirumah, ibu menyambut ku dengan raut wajah cemas.

“Kau darimana saja?! Kenapa tidak pamit pergi!” Ucap ibu dengan nada tinggi.

“maaf ibu, aku pergi bersama endi tadi dan maaf aku pergi tanpa pamit” Jawab ku dengan kepala menunduk.

“Darimana kau? dan kenapa ada biola? Punya siapa itu” tanya ibu kepadaku.

“Aku pergi kesebuah toko antik bersama endi, ku lihat biola ini, karena sangat indah, aku membelinya dan aku berkeinginan untuk belajar biola” jelas ku kepada ibu.

Ibu tidak menjawab setelah aku menjelaskan, ibu pergi meninggalkan ku dengan muka kecewa. Aku tidak tau, mengapa ibu memberikan wajah dan sifat dingin kepada ku. Apakah aku salah?. Selepas kejadian itu, ibu tidak menegur ku, beliau hanya memberikan sifat dingin kepada ku. Aku merasa aneh dan takut, takut aku mengecewakan ibu tetapi aku tidak tau dimana letak  kesalahan ku. Dengan penuh rasa percaya diri, aku memulai untuk menegur ibu.

“Ibu, maaf kalo pernah membuat ibu marah dan kecewa walaupun terkadang aku tidak mengerti mengapa, ibu bersikap seperti ini kepada ku” Tanya ku.

“Buang biola itu, dan fokus lah pada sekolah mu” jawab ibu.

Setelah berkata seperti itu, ibu kembali pergi meninggalkan ku dengan wajah marah dan nada mengancam. Aku tau maksud dari perkataan ibu, tetapi mengapa ibu bisa semarah itu dan kenapa ibu terlihat sangat tidak suka, aku membawa biola tua ini. Setelah kejadian itu, aku pun pergi ke rumah kakek dan nenek. Rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah ku, kulihat mereka berdua sedang duduk didepan teras rumah.

“Assalamu’alaikum nenek kakek” salam ku kepada mereka berdua.

“Walaikumsalam, wah cucu nenek datang” nenek menyambut ku dengan wajah gembira.

“Tumben sekali, cucu kakek datang ke rumah kesini, pasti ada apa-apa nya nih hahaha” Sindir kakek kepada ku.

“Hus! Kau ini, oh ya kemana ibu mu? Kenapa dia tidak datang bersama mu. Tanya nenek kepada ku.

Setelah nenek bertanya seperti itu, aku pun menjelaskan mengapa ibu bersikap seperti itu kepada ku dan nenek serta kakek memberi taubbahwa ibu bersikap seperti itu, karena dulu ibu sangat terobsesi dengan biola yang pada akhirnya, ibu gagal mengikuti ujian sekolah yang membuat ibu harus tinggal kelas. Ibu tidak ingin aku menjadi seperti dia dulu

“Pulang lah, temui ibu mu dan ajak bicara kembali ibu mu” Ucap kakek.

“Baiklah nek, aku akan pulang” jawab ku kepada kakek.

Sesampainya dirumah, aku melihat ibu sedang memainkan biola tua yang ku beli beberapa hari yang lalu. Terlihat jari lentik ibu, memainkan biola dengan sangat indah. Aku terdiam sejenak menikmati alunan gesekan biola ibu. Hingga setelah selesai bermain, ibu datang memeluk ku dengan sangat erat, ibu menangis dan berkata “Maafkan ibu”. Tidak pernah ada didalam pikiran ku ibu akan menangis seperti ini

“Mengapa ibu meminta maaf? Ibu tidak bersalah” Jawab ku.

“Karena keegoisan ibu, kau tidak bisa melakukan hal yang kau inginkan” ucap ibu dengan tangis.

“Ibu tidak bersalah, aku tau maksud ibu baik tapi tak apa, aku tak akan memainkan biola itu” ujar ku kepada ibu.

“Tidak!! Kau harus lakukan apa yang kau sukai, ibu tidak bisa melarang bu. Lakukan apa yang kau mau dan terus lah belajar biola” ucap ibu kepada ku.

Mendengar itu, aku pun memeluk ibu dengan sangat erat dan mengucap terimakasih karena Ibu sudah mau mendukung minat baru ku. Aku masih tidak percaya hal ini terjadi setelah aku mendengar ucapan nenek dan kakek tadi.

Ibu melepaskan pelukan kami berdua, lalu mengambil kembali biola tua itu, ibu memainkan 1 buah lagu dengan sangat indah. Aku tersenyum bangga kepada ibu, dan memerhatikan tiap gesekan biola yang ibu mainkan. Aku sangat senang, melihat ibu kembali menlanjutkan hobi lamanya dan mulai melupakan masalah lalu yang pahit.

 

Biodata penulis:

Nama saya pischa putri meiranda atau biasa dipanggil dengan pischa, saya berasal dari kota lubuklinggau. Saya lahir pada tanggal 6 mei 2000, Cita-cita saya ingin menjadi sosok guru sekaligus penulis yang berkompeten dan Berahlag mulia. Saya sekarang tinggal, di kelurahan bandung kota lubuklinggau

Comments
Loading...