education.art.culture.book&media

Gerutu Berujung Syukur

Aku Liu, seorang mahasiswi Jurusan Gizi. Jum’at pagi tanggal 1 Desember 2017 bertepatan hari libur nasional peringatan Maulid Nabi shalallahualaihi wassalam. Sudah dari sebulan sebelumnya aku membuat rencana untuk pulang ke kampung halamanku guna melepas rindu bertemu keluarga. Tapi seminggu sebelum tanggal 1 Desember aku dan 3 orang temanku dipanggil dosen untuk membantu mereka ikut dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat. Lenyap sudah harapan bisa bertemu keluarga, pikirku. Karena mau menolak pun rasanya tidak mungkin. Baiklah aku ikhlaskan hari libur dan harapan-harapanku.

Pagi-pagi sekali aku dan 3 orang temanku bersiap akan berangkat menuju Kampung Bahari daerah kampung nelayan di wilayah Kota Bengkulu. Terburu-buru karna bangun agak kesiangan, yang setiap pagi biasanya kami terbiasa dengan sarapan, akhirnya kami menunda waktu sarapan. Kota Bengkulu diguyur hujan deras pagi itu, kami nekat menerjang hujan menggunakan mantel. Perjalanan dari kos-kosan menuju Kampung Bahari sekitar 45 menit, jika jalannya bagus dan lurus saja bisa ditembus dalam waktu 20 menit, tapi di saat menuju Kampung nelayan ini banyak sekali jalan-jalan yang rusak karena sering sekali dilewati mobil truk yang bermuatan sangat berat, karena jalan menuju Kampung Bahari ini juga menjadi akses jalan menuju Dermaga Pulau Baii. Mengapa kami memilih Kampung Bahari sebagai tempat kegiatan pengabdian masyarakat ? ternyata melalui data pencatatan yang di dapatkan dari Puskesmas Padang Serai, Kampung Bahari ini banyak masyarakatnya yang menderita penyakit Osteoporosis.

Lanjut, di setengah perjalanan hujan sudah mulai mereda, tapi kami tetap memakai mantel guna melindungi tubuh dari udara yang dingin. Setelah sampai di salah satu rumah warga yang akan kami jadikan tempat perkumpulan ibu-ibu nelayan, kami meninggalkan sesuatu hal penting yaitu properti yang akan kami gunakan untuk penyuluhan. Mau tidak mau aku dan seorang temanku kembali lagi ke kos-kosan untuk mengambil properti yang ketinggalan. 1 jam kemudian kami sampai lagi di tempat perkumpulan ibu-ibu nelayan. Lalu, acara segera dimulai dengan kata sambutan dosen yang menjelaskan maksud dan tujuan dari kegiatan yang akan kami lakukan 2 hari kedepan, Alhamdulillah ibu-ibu nelayan menyambut kami dengan antusias.

Hari pertama di kegiatan ini kami mengukur status gizi ibu-ibu nelayan dengan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan lalu mengkonfersikannya ke status gizi. Hasil penilaian status gizi ibu-ibu nelayan di Kampung Bahari ini beragam, ada yang memiliki status gizi sangat kurus, normal, overwight, bahkan ada yang obesitas. Setelah mengukur status gizi selesai, kami mohon pamit kepada tuan rumah yang mengizinkan kami menggunkaan rumahnya untuk tempat berkumpul.

Hari ke dua, aku bersama temanku pagi-pagi sudah bersiap ingin berangkat ke Kampung Bahari, namun kali ini kami tak melewatkan waktu sarapan pagi, hehe. Sebelum kami memberikan materi terkait zat gizi, kami membagikan beberapa pertanyaan kepada ibu-ibu nelayan terkait pengetahuan mereka tentang zat gizi Kalsium, Vitamin D, Protein dan apa itu penyakit Osteoporosis. Setelah mereka menjawab pertanyaan kami lanjutkan dengan memberikan materi terkait zat gizi. Kami menjelaskan pentingnya mengkonsumsi makanan sumber Kalsium, Vitamin D dan Protein guna mencegah Osteoporosis, memberikan informasi resiko yang akan dialami jika tubuh kurang mengkonsumsi makanan sumber protein hewani, dan tak lupa kami sajikan resep dan cara mengolah bahan makanan sumber protein yang lezat dan menarik. Setelah disajikan beberapa materi, kemudian satu per satu ibu-ibu nelayan kami berikan beberapa pertanyaan lagi, guna melihat peningkatan pengetahuan mereka setelah diberikan materi lalu dilanjutkan dengan beberapa pertanyaan lain prihal kondisi perekonomian keluarga, kondisi di dalam rumah dan kondisi lingkungan diluar rumah.

Miris ketika mengetahui ibu-ibu nelayan yang setiap hari mencari uang dengan cara mencari ikan dilaut tetapi kurang mengkonsumsi ikan. Mereka memilih untuk menjual ikan-ikan hasil tangkapannya daripada dikonsumsi sendiri. Hal ini dilakukan bukan karena mereka tidak suka mengkonsumsi ikan, tapi karena kebutuhan ekonomi yang mendesak dan memaksa mereka menjual semua hasil tangkapan untuk keperluan sehari-hari yang menurut mereka lebih penting dari sekedar makan ikan. Banyak juga ibu-ibu yang hadir pada hari itu membawa anak-anak yang masih balita, jika anak masih balita pastilah mengikuti pola makan yang ada pada keluarga dan anak-anak tersebut juga jarang mengkonsumsi ikan padahal usia balita sangat membutuhkan makanan sumber protein hewani untuk kebutuhan pertumbuhan mereka.

Setelah sedikit ngobrol, menanyakan prihal kebiasaan ibu-ibu nelayan dan tak lupa kami berikan konsultasi gizi, lalu kami mengadakan demo masak makanan olahan dari ikan yaitu Nugget ikan kape-kape atau ikan kapas. Ramai ibu-ibu yang penasaran dengan olahan ikan kape-kape ini dan segera mencicipinya . Alhamdulillah, mereka senang dan ketagihan mencicipi hingga berniat membuat sendiri Nugget ikan kape-kape. Anak-anak balita juga tampak menyukai rasa dari Nugget ikan kape-kape yang kami buat.

Berakhir sudah rangkaian kegiatan Pengabdian Masyarakat di hari pertama. Kami membereskan peralatan, dan ikut membereskan rumah warga yang kami pakai untuk kegiatan. Setelah semua sudah rapi, kami izin pamit pulang kepada tuan rumah dan berterima kasih sudah mempersilahkan kami menggunakan rumahnya sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pada hari pertama. Alhamdulillah begini rupanya rencana Allah mengingatkan hambaNya yang banyak lalai prihal kebersyukuran. Bersyukur masih dapat makan makanan sumber protein hewani, bersyukur tumbuh di keluarga yang memiliki kecukupan, bersyukur Allah kasih nikmat tinggal di tempat yang mudah dijangkau baik dari akses jalan maupun rumah yang tak jauh dari pasar sehingga dengan mudah bisa mengkonsumsi sayur dan lauk yang segar, dan masih banyak lagi hal yang sepatutnya kita syukuri hari ini.

Sepanjang perjalanan aku hanya memikirkan tentang kebersyukuran  yang selama ini aku abaikan. Sesampainya di kos-kosan, aku segera ganti baju dan beristirahat sebab besok hari senin pertama diawal bulan, itu berarti jadwalnya apel bersama di kampus. Aku harus datang tepat waktu, karena jika telat dan pintu gerbang kampus sudah ditutup tidak ada harapan untuk bisa masuk kecuali setelah apel selesai. Dan tidak cukup disitu, jika telat ada sanksi untuk membayar denda apel berupa uang sejumlah 50 ribu rupiah, uang ini amat besar untuk seorang mahasiswi yang tinggal di kos-kosan. 50 ribu bisa digunakan makan 5 kali, kan sayang rasanya jika harus digunakan untuk membayar denda apel, hehe.

Pagi menjelang, dan apa yang aku prasangkakan terjadi. Aku telat bangun ! buru-buru aku bersiap dan segera berangkat berharap gerbang belum ditutup. Tapi waktu tetap berjalan dan tidak bisa untuk dihentikan, sesampainya di kampus gerbang sudah tertutup dan banyak mahasiswa lain yang senasip denganku lebih dulu berjejer diatas kendaraan mereka di depan gerbang. Kira-kira 1 jam lamanya apel berlangsung, setelah itu gerbang dibuka. Aku masuk menuju gedung Jurusan Gizi, memakirkan kendaraan lalu segera menemui mahasiswa yang mengurusi denda apel jika tidak langsung ditemui dan membayar denda maka nama kita akan jelas tertulis di mading kampus dan hal itu sangatlah memalukan.

Setelah bertemu dengan orang yang aku cari-cari langsung ku serahkan uang 1 lembar 50 ribu kepada temanku yang bertugas mencatat mahasiswa telat dengan rasa yang berat dan sedikit tidak ikhlas, haha. Tapi ya, sanksi tetap harus di jalankan. Setelah menyerahkan uang, temanku yang menerima berkata “ini nanti uang hasil mahasiswa yang telat akan langsung kita sumbangkan kepada balita yang menderita penyakit tumor otak yang harus segera di operasi. Legaaa aku mendengarnya, yaa minimal uang 50 ribu yang aku keluarkan dari dompet itu berguna untuk orang lain. Ku cabut kata-kataku jika aku berat mengeluarkannya dan sedikit tidak ikhlas. Kini aku sangat ikhlas.

Lagi-lagi, aku dikasih Allah peringatan untuk selalu bersyukur atas nikmat sehat yang Allah berikan, begitu banyak orrang-orang diluar sana yang mengharapkan kesehatan dan kesembuhan atas penyakit yang mereka derita. Disini, di tempat aku belajar aku harap bisa menggunakan kesempatan belajar disini dengan sebaik-baiknya agar dapat membantu meringankan sedikit kesakitan yang mereka rasakan lewat makanan-makanan yang aku sajikan . Aamiin

Comments
Loading...