education.art.culture.book&media

PEMUDA-PEMUDI BERHATI EMAS

Bencana alam yang terjadi di Indonesia memang meninggalkan duka dan trauma mendalam bagi saudara-saudari kita yang mengalami langsung. Sebagai saudara, tentu kita ikut merasakan kesedihan yang mendalam.

Doa tulus beriring rasa empati, serta tindakan nyata memang lebih dibutuhkan saat ini. Anak-anak sekolah saling menyumbangkan uang jajanya yang tak seberapa. Ada pula adik-adik mahasiswa yang langsung sigap bergantian turun ke jalan, di bawah panas terik sepanjang simpang lampu merah dengan kardus bekas air mineral. Mereka mecoba membuka rasa solidaritas pengguna jalan.

Suatu sore yang cerah saya berkesempatan dibonceng oleh salah satu adik mahasiswa itu. Kami baru saja membeli roti yang lagi buming dengan krim menggoda, plus keju meleleh. Hmm… Saya terbayang kelezatan roti itu di persimpangan jalan saat lampu merah (lampu-lalu-lintas) RCA menyala.

Kali ini kami berhadapan dengan beberapa adik-adik dari salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) yang juga membawa kardus. “Sumbanganya Kakak,” senyumnya ramah. Baju kaosnya basah oleh keringat. Saya rasa sudah lama mereka di sana.

“Nih roti enak buat kalian pejuang muda!” ia yang memboncengku memberikan roti tersebut tanpa bertanya padaku. Bagaimana bisa? Dengan mudahnya ia memberikan roti yang didapatkan dengan antrian panjang itu!

“Wah terima-kasih Kakak, sehat selalu, panjang umur, dan langgeng ya!” kutangkap binar-binar bahagia di wajah siswa itu.

“Kakak yang di belakang belum nyumbang…” pria yang memboncengku itu menoleh sambil nyengir ke arahku.

Lampu hijau menyala dan kami harus segera pergi. “Kok kamu berani-beraninya kasih roti miliku sih!” saya mencubit pinggangnya gemes.

“Kakak, kalau mau kasih sesuatu, harus yang paling oke kan! Kebetulan kita tadi sedang punya yang oke, jadi ya aku kasih.”

“Tapi kenapa ga kasih duit saja!”

“Kadang-kadang memberi kejutan bagi mereka yang telah ikhlas berbuat baik itu lebih besar efeknya Kakak. Lihat saja, mereka terlihat sangat gembira! Padahal hasil sumbangan yang diterima jauh lebih besar iho. Masa Kakak ga inget waktu dulu sempat kasih aku sebotol lemon tea saat aku bawa-bawa kardus seperti mereka, ditengah teriknya matahari. Mood-ku jadi naik! Aku jadi semangat iho! Yah, walaupun teh-nya udah tinggal setengah, hahaha…”

Ya ampun, ternyata dia masih mengingat-peristiwa lampau yang dulu tidak sengaja pernah terjadi di antara kami. Ya, saya memberi-nya botol minum yang setengah isinya telah saya habiskan. Padahal ga begitu niat, hihihi…

Sejatinya, kebaikan banyak bentuknya, banyak caranya, dan banyak kejutanya. Roti bisa dibeli kembali tapi kenangan beharga kadang belum tentu bisa dibeli.

Terimakasih untuk someone yang telah mengajarkan banyak hal pada saya. Bagaimana bisa saya menolak pesonamu?

*menulis untuk kecantikan yang abadi

Comments
Loading...