Dua hari melaksanakan misi sosial pendidikan di daerah terpencil rupanya tak membuat hasratmu redup. Hal itu sudah jauh tertanam sejak engkau masih kecil. Nilai-nilai pendidikan yang diajarkan orang tuamu untuk selalu berbagi dan mengasihi membentuk kepribadian yang prososial.
Melihat senyum kegembiraan anak-anak pedalaman menumbuhkan bahagia yang luarbiasa mengalahkan kemegahan harta dunia. Dalam naungan komunitas kalian yang selalu peduli terhadap lingkungan, betul-betul sevisi dengan apa yang menjadi tujuan hidupmu bahwa kehidupan bukan tentang harta dan tahta tapi bahagia. Kebahagian tak dapat kau beli dengan dua hal itu. Kebahagian adalah tentang hati, tentang bagaimana kau memberi dengan sepenuh hati, keikhlasan melakukan sesuatu.
Fakta lapangan memberi gambaran bahwa pendidikan Indonesia masih perlu diperbaiki. Banyak sekolah-sekolah yang butuh perhatian dari pemerintah, mulai dari fasilitas dan sosok guru. Bagaimana mungkin pendidikan akan baik jika semua itu masih menjadi pr. Melihat dari kaca mata kegiatan sosial kalian, bahwa pendidikan di pulau sumatera masih jauh lebih baik dari wilayah Indonesia timur lain. Jika melihat berita-berita di tv mengenai pendidikan Indonesia timur jauh lebih ironi dan kau patut bersyukur terhadap pendidikan yang kau alami di daerahmu, sumatera.
Inspirasiku membuka gerbang pikiran tentang pendidikan. Anak-anak indonesia perlu diberi suntikan semangat dalam mencari ilmu. Jangan kita biarkan anak-anak Indonesia putus sekolah dan tidak memiliki impian serta cita-cita. Sebagai seorang pemuda kita tidak hanya mengkritisi tapi memberi solusi akan permasalahan yang ada. Memberi opini bukan caci maki. Melihat kegembiraan anak-anak ketika kalian sampai di sekolah tujuan membuat kalian bahagia bukan main. Rasa suka cita membuncah melihat generasi penerus bangsa yang masih kecil dan polos itu. Flash back ingat masa kecil bagaimana kalian sekolah membandingan sekolah dulu dan sekarang trus kalian diskusikan.
Apapun sistem, cara pengajaran, kita tetap ingin memajukan pendidikan dan pola pikir anak Indonesia. Bersyukur semenjak keberangkatan sampai selesai acara cuaca cerah menaungi langit. Secerah harapan anak-anak perbukitan itu untuk maju, salut bukan main ketika kau melihat anak-anak harus turun gunung selama 2 jam melewati hutan menuju sekolah. Para orang tua anak-anak itu dengan semangat yang tak kalah besar, mengantar dan menunggu anak-anaknya belajar. Mereka dalam penglihatannmu tidak ingin nasib anak-anaknya seperti mereka para orang tua, seorang petani tradisional yang tinggal di bukit yang tidak banyak tahu apa-apa tentang perkembangan zaman dan harga tanaman. “teruslah belajar nak, ibu bapak, ingin kamu menjadi orang pintar dan tidak seperti kami”. kau tersenyum memandangi ibu-ibu yang menunggu anaknya itu, betapa surga dibawah telapak kaki ibu dan orang tua adalah guru pertama anak. Semoga pengobanan yang besar itu diberi tuhan dengan balasan yang besar pula. Dan anak-anak itu akan berhasil suatu saat nanti, membanggakan orang tua mereka bahwa anak-anak primitif yang tinggal di bukit bisa menjadi seseorang. [Curup, 14 Desember 2017]