DIBALIK KESUKSESANKU
Dia yang selalu terlihat bahagia, terlihat baik-baik saja, namun tidak dengan kenyataannya. Dia yang ikut berjuang untuk kehidupan keluarga, dia yang selalu jadi penyemangatku untuk menggapai semua anganku, dan dia yang menjadi tempat ku berbagi keluh-kesah dalam kehidupan, siapa lagi kalo bukan dia, orang yang sejak masih di bedongan selalu ku panggil dengan kata Ibu. Aku bangga dengannya, walau fisiknya kadang tak lagi kuat melakukan segala hal. Tapi dia selalu bilang padaku “Gapapa nak, ibu ga capek kok” sambil tersenyum dan menutupi kelelahannya.
Delapan tahun lalu, aku masih ingat percakapan itu. Dimana percakapan yang membuatku bingung harus memilih apa, “Bu, aku tahun ini bakalan lulus SMA dan insha allah bulan maret nanti Ujian Nasional” kataku, “Iya nak, selamat ya kamu bakalan lulus dan rencana kamu setelah lulus mau gimana?” Tanya ibu. Pertanyaan ibu sangat membuatku dilemma, ya.. karna aku sangat ingin melanjutkan pendidikan ku. Tapi, disisi lain aku tak ingin menyusahkan mereka lagi dan lagi. Aku pun menjawab pertanyaan ibu “Aku juga belum tau bu” jawabku dengan nada sedih. “Kamu mau lanjut pendidikan nak?” Tanya ibu lagi, yang membuatku semakin bingung. Aku pun memilih untuk diam dan tidak menjawab pertanyaan ibu.
Namun setelah aku sudah dinyatakan LULUS, ibu mempertanyakan lagi apa rencana ku selanjutnya. “Nak, kamu bilang saja setelah ini rencanamu apa? Kalo kamu memang ingin melanjutkan pendidikanmu, ibu setuju dan bakalan usahain biayanya. Tapi pesan ibu hanya satu, tempuhlah pendidikanmu dengan baik, jangan sia-siain kesempatan itu”, ketika ibu berbicara seperti itu, seketika aku meneteskan air mata dan benar-benar tak ingin melihat ibu kecewa, aku pun mengiyakan pertanyaan ibu. Sejak saat itu, aku bertekad untuk menyelesaikan pendidikan ku dengan sebaik mungkin.
Semenjak saat itu, ibu semakin bekerja keras untuk mencari biaya kuliah ku. Tak tinggal diam, aku pun mencari informasi tentang beasiswa di Universitas yang akan ku ambil nanti agar ibu tak terlalu terbebani dengan pendidikan ku. Aku diam-diam mendaftarkan diri untuk mendapatkan beasiswa dan Alhamdulillah aku lulus pendaftaran beasiswa. Aku pun langsung memberitahu ibu,“Ibu… aku lulus pendaftaran beasiswa di Universitas impianku” teriakku gembira sambil memanggil ibu
”beasiswa apa nak? Maksudnya gimana?” Tanya ibuku heran. “Itu loh bu aku kuliahnya ditanggung sama pemerintah. Tapi dengan catatan, aku harus rajin dan mendapatkan nilai bagus di akhir semester. Jadi, ibu nggak terlalu terbebani dengan pendidikanku” jelasku dengan hati yang masih gembira pastinya. Disana aku melihat betapa bahagianya ibu mendengar berita tersebut.
Beberapa tahun kemudian, akhirnya aku tamat pendidikan S1 dengan gelar Sarjana Psikologi dan masuk 10 besar peserta terbaik yang di wisuda Angkatan waktu itu. Betapa bahagianya aku dan saat wisuda aku melihat ibu bahagia terharu melihatku, mungkin itu momen yang tak akan pernah aku lupakan sampai kapan pun. Seminggu setelahnya, akupun mencari pekerjaan yang sejalan dengan gelarku. Memang tak semudah yang dibayangkan, beberapa kali aku melamar kerja tapi gagal dan gagal. Tapi aku tetap berusaha, sampai akhirnya aku di terima kerja di salah satu perusahaan sebagai HRD.
Dan saat ini sudah 3 tahun aku bekerja sebagai HRD perusahaan ternama di Ibukota. Aku menabung selama bekerja dan Alhamdulillah aku sudah bisa membeli rumah yang lebih layak serta nyaman untuk aku dan ibuku tinggal. Bahagia sekali rasanya bisa membelikan rumah untuk ibuku walaupun aku harus bekerja sampai lembur tapi tak jadi masalah bagiku. Karena, ibuku juga butuh perjuangan untuk menyekolahkan ku sampai aku bisa seperti ini sekarang.
Dia benar-benar penyemangatku serta orang yang membuatku termotivasi untuk terus bekerja keras demi hidup. Karena aku sadar bahwa hidup butuh perjuangan, tak ada hal yang sia-sia jika kita mengejarnya dengan sungguh-sungguh. Aku sangat bersyukur mempunyai ibu yang selalu mendukung apa yang aku inginkan, berkorban demi kebahagiaanku dan selalu ada di sisi ku dalam keadaan apapun. Terimakasih ibu atas segalanya, aku mungkin tak bisa membalas semuanya tapi aku tanamkan dalam diri bahwa kebahagiaanmu selalu jadi prioritasku. Love Ibu…
Terimakasih telah membaca cerpen ku iniJ
Sintiyah Permata Sari lahir di Lubuklinggau, 13 Maret 2001. Zodiak Pisces, aku suka menulis serta membuat puisi semenjak duduk dibangku MTs dan sekarang aku sedang menempuh pendidikan di STKIP-PGRI Kota Lubuklinggau. Aku mempunyai cita-cita menjadi seorang penulis terkenal dan menjadi guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Bagiku, karya tulis adalah cara mengungkapkan perasaan si penulis itu sendiri.