education.art.culture.book&media

Harapan dan Do’a Ku

Termenung, aku mendengarkan suara air hujan yang gemercik jatuh di teras rumah. Aku senang dengan air. Ternyata air hujan itu mengingatkan ku dengan seorang pemuda. Senyum manis mulai terlukis dari bibir ku.

Pemuda yang aku temui di dua tahun lalu. Pemuda yang menghampiri ku dengan senyuman. Boleh minta tolong (ujar pemuda itu), boleh (jawab ku sambal tersipu). Tolong beri inai di jari kelingkingku (katanya), sembari aku memasangkan inai, ia berbisik (apakah masih sekolah/sudah kuliah), alhamdulillah kuliah (jawabku) kepadanya. Dia berpesan kuliahlah dengan baik dan benar, jangan sampai putus ditengah jalan (ucapnya untuk ku). Baik insyaallah akan aku lakukan (jawabku sambil menunduk). Aku pulang dengan sejuta penasaran hati, siapa pemuda yang waktu itu belum aku kenali namanya.

Dua minggu setelah itu, dua hari setelahnya, aku mengetahui namanya Mr.I. Pada suatu hari aku bersama Duri dan Rahmi(adekku), kami datang ke rumah  keponakan ku yang ingin menikah. Waktu sudah mulai larut. Kami bingung siapa yang akan mengantarkan kami pulang. Kebetulan ada Permono, Sorijul, dan yang bikin kaget ada Mr.I. kami pun pulang dan aku di bonceng oleh Mr.I. tidak tahu kenapa Permono bilang bahagianya melihat kalian (kata yang tertuju kepada aku&Mr.I), mau kemana kita ini, apakah mau ke KUA? (Tanya Mr.I kepada Permono), lanjutkan (jawab permono). Hahahhahahah seketika aku tertawa dengan kerasnya.

Waktu terus berjalan, aku membutuhkan orang untuk menjemputku. Aku punya adek sepupu Sari namanya. Aku berbicara kepadanya, bahwa aku sedang memerlukan pertolongan, tenang saja (jawab sepupuku itu). Berdering suara hp, dengan santai ia berbicara, ternyata ia berbicara dengan Mr.I. Keisengan adek sepupu aku. Mr.I datang menjemputku.

Tidak berhenti disitu, aku dijodoh-jodohkan sama dia Mr.I. ada yang bilang kami cocok. Aku kembali dijemput olehnya.

Setelah itu dia mengirimkan aku pesan (whatsap). Dari situlah aku bisa mengenali dia, siapa dia, kerja dimana, dll. Aku terus di jodoh, jodohkan oleh sepupuku.

Aku juga merasakan ada sesuatu yang berbeda ketika aku berada di dekatnya. Aku nyaman, tapi rasa itu hilang setelah aku mengetahui bahwa dia sudah ada yang punya. Hati ku sedang kacau (berwudhu dan menghadap ke rab-ku), ya rab tenangkan hati ku, fokuskan aku kepada sesuatu yang sedang aku perjuangkan, kalaulah ia jodoh ku, pertemukanlah diwaktu yang tepat.

aku pergi, demi cita-cita kedua orang tua ku.

Aku fokus mengejar cita-cita. Kuliah yang rajin (kata darinya) yang kembali diucapkan. Kembali mengingat dia, sebelum tidur jangan lupa wudhu, sholat lima waktu harus selalu dilakukan, dan baca Al-Quran (pesannya).

Satu tahun aku lalui tanpa aku ingat nama, wajah, dan cerita tentangnya. Tapi tidak dengan kisah asmara yang sedang ia jalani. Dengan siapa ia pacaran, dan dengan siapa ia sedang dekat. Selalu terdengar dari mulut mereka (teman kos yang sekaligus adek-adek sepupu aku).

Dua tahun pun berlalu, sama seperti dengan satu tahun yang lalu. Semua baik-baik saja. Mungkin semua yang aku pikirkan hanya sebuah harapan yang tidak akan menjadi kenyataan.

Hati dan pikiranku tidak sejalan. Hati berkata aku menyukainya. Pikiranku, aku tidak akan bisa bersamanya. Ya rab, semua aku serahkan kepada-mu. Berikanlah yang terbaik untuk ku. Semoga kelak Jodohku, dia yang memang telah engkau takdirkan. Umur sehat, dan bisa membahagiakan kedua orang tua ku.

 

Sungai Baung, 23 september 2020

(Desi Helina, lahir di Desa Sungai Baung 04 Desember 1998. Sedang menempuh pendidikan di STKIP PGRI Lubuklinggau. Cita-cita ingin menjadi Guru, Penulis yang Kreatif dan bisa menginspirasi)

 

 

 

Comments
Loading...