education.art.culture.book&media

Ibu Bahagiaku

Tidak ada kasih sayang, yang melebihi kasih sayangnya.

Aku hanya bisa terdiam seribu Bahasa ketika membahas tentang ibu(mak). Sosok wanita yang sering aku panggil dengan sebutan Mak(ibu), wanita yang tangguh dan kuat tidak hanya bagi saya, tapi untuk kakak dan adik-adikku.

Perjuangan dari mengandung, melahirkan, merawat sampai sekarang. Tidak pernah lelah ia berjuang. Ayam berkukuk dia sudah bangun dan sudah menyiapkan sarapan untuk kami. Setalah itu ia sudah siap-siap untuk berangkat kekebun. Betapa sakitnya hati ketika melihat wajah lelahnya ketika ia sedang tidur.

Peluk dan cium dia! Kata kakakku.

Ibu merindukan itu, disaat engkau ingin pergi untuk tes masuk kuliah, ingin sekali ia memelukmu. Tapi engkau sudah beranjak jalan ke mobil.

Rasa sesal dalam hati ketika aku belum memeluk dan menciumnya, ingin sekali aku memeluknya. Tapi aku tipe orang yang malu untuk mengungkapkan rasa sayangku.

Aku tahu kalau rasa sayangnya adalah rasa sayang yang tidak pernah tergantikan sampai kapanpun.

Akhir-akhir ini aku, sering bersama ibu, jadi membuat aku lebih lama merasakan kasih sayangnya.

“Aku ingin memeluknya, tapi lagi dan lagi aku malu”

“Aku ingin bilang, aku sayang Ibu(mak)”

Kata-kata yang sering keluar dari mulutnya yang selalu membuatku untuk terus belajar, untuk menjadi diriku sendiri dan menjadi orang yang berguna. Selalu aku ingat.

Ketika aku sedang merasa terpuruk akan cacian orang yang ada disekitar. Senyum dari dialah yang selalu membuat kami bahagia.

Dia wanita yang separuh baya, berkulit hitam, pipi yang mulai keriput, dan ia juga bukan wanita yang memiliki segalanya. Tapi ibu(mak) selalu menjadi kebahagiaan tersendiri untuk aku, kakakku dana adik-adikku.

Dia orang yang biasa saja. Dia wanita terbaikku. Bahagia ku adalah senyumnya.

Pada suatu ketika ibu(mak) pulang dari kebun, membawa pisang. Setalah sesampai dirumah. Ibu memberikan pisang itu kepada tetangga-tetangga. Ibu, kenapa ibu memberikan pisang itu pada setiap kali ibu mengambil pisang! Tanya ku?

Dengan senyuman ibu menjawab, dengan memberi kita tidak akan kelaparan.

Satu hari setelah ibu memberi pisang kepada tetangga, kami mendapatkan kiriman dari keluarga paman(uwak) yang berada di palembang. Itu artinya apa yang telah kita beri akan diganti dengan yang lain(bentuk yang lain). Dari ibu lah aku belajar bahwa kita harus sering berbagi agar rejeki kita selalu bertambah.

Semoga ibu selalu sehat selalu, sampai aku bisa membahagiakan-mu. Seperti ibu yang selalu memberikan yang terbaik untuk kami. Semoga kelak kebahagiaan yang kami dapatkan dari ibu, itu pulak yang dapat kami belikan.

Sungai Baung, 07 oktober 2020

(Desi Helina, lahir di Desa Sungai Baung 04 Desember 1998. Sedang menempuh pendidikan di STKIP PGRI Lubuklinggau. Cita-cita ingin menjadi Guru, Penulis yang Kreatif dan bisa menginspirasi)

Comments
Loading...