education.art.culture.book&media

Harapan Hampa

Pagi itu matahari menyingsing sebagai tanda berawalnya kehidupan baru, sedangkan aku masih tenggelam dalam masa lalu yang kelabu. Yaa, begitulah Aku. Aku yang belum bisa melupakan masa lalu tetapi sudah mengharapkan orang baru agar masuk dalam kehidupanku, terdengar aneh rasanya namun itulah keegoisanku. Aku selalu berupaya menghapuskan masa lalu, membuang jauh-jauh yang dianggap tidak perlu, dan membuka relung hati untuk orang yang baru. Nyatanya aku telah menemukan sosok baru itu, Rivaldo namanya tetapi aku sering memanggilnya dengan sebutan Aldo, Ia berusia 3 tahun lebih tua dariku, pribadi yang dewasa, penyayang, dan pengertian. Intinya aku nyaman dengan perlakuannya meskipun kami baru kenal selama sebulan lewat media sosial yang berinisial Instagram. Kami belum pernah bertemu tetapi aku sangat yakin Ia adalah sosok yang aku cari dan akupun bertambah yakin bahwa Ia adalah sosok terakhir yang akan mencintaiku tanpa memikirkan kekuranganku. Seyakin itukah hatiku? Belum bertemu tetapi sudah berharap sebanyak itu, hanya karena perhatian dia yang tidak pernah runtuh, atau karena Ia lebih dewasa dariku sehingga aku semakin nyaman dengan sosok itu.

Tepat 2 Juli 2019, aku terbangun dari pulasnya tidurku dan kulihat jam dinding telah menunjukkan pukul 7. Akupun mengecek ponselku dan terlihat ada 3 panggilan tak terjawab dan 1 pesan masuk di WhatsApp dari Aldo. Rupanya Ia memberikan kabar bahwa pagi itu Ia sudah berada di Kota Lubuklinggau, karena sepengetahuanku Ia bekerja di Palembang dan sekarang Ia meminta izin libur bekerja hanya untuk menemuiku.
“Dina, pagi ini aku sudah tiba di Lubuklinggau, nanti siang aku menemuimu yaa.. Sekaligus kenalan sama Calon mertua” (gombal Aldo)
“Iya Doo” (Kataku singkat, tapi sebenarnya aku senang)
Tentunya aku merasa senang dan gembira sekali, karena hari ini aku akan bertemu sosok yang aku idam-idamkan selama ini. Akupun segera beranjak dari tempat tidur sembari menguncir rambutku. Segeralah aku membersihkan rumah, merapikan apa yang seharusnya dirapikan. Setelah semuanya selesai akupun segera mandi dan menyiapkan pakaian yang ingin aku kenakan, menyemprot parfum pada bagian bajuku dan tidak lupa pula untuk memakaikan Handbody yang sering aku gunakan. Sedang asyik menata diri tiba-tiba ponselku bordering. Kulihat Aldo yang mengirim satu pesan di WhatsApp ku.
“Udah siap belum?” (Tanya Aldo)
“Iya” (Kataku singkat)
“Yeeee… Share lokasi Dong, Jangan di iya’in ajaa” (gumam Aldo)
Akupun segera mengirimkan lokasi rumah ku lewat aplikasi Google Maps.
20 menit kemudian, terdengar suara orang mengetuk pintu. Ketika itu aku masih berada di dalam kamar sehingga ibuku yang membuka pintu dan mempersilahkannya masuk. Akupun bergegas menuju ruang tamu, terlihatlah sosok laki-laki berkemeja hitam, dengan wajahnya yang manis dan senyuman tipis yang membuatku semakin jatuh cinta padanya. Yaa benar saja, aku benar-benar jatuh cinta kepadanya, Ia sosok yang peramah setelah bejumpa, tidak sungkan jika diajak bercanda dan Ia mengajakku berbicara dengan lincah. Aku benar-benar nyaman berada di dekatnya bahkan hanya dengan melihatnya saja. Tetapi aku juga takut dan bimbang kalau-kalau ia tidak mencintaiku, kalau-kalau ada wanita lain selain diriku. Aku benar-benar segila itu karenanya.
Hari demi hari berlalu, Ia selalu mengabariku, memberikan perhatian kepadaku tetapi Ia belum menyatakan sesuatu. Entahlah aku semakin bingung dibuatnya, Apakah Ia hanya ingin singgah atau ingin menetap selamanya. Itu keputusannya dan aku hanya bisa menerima konsekuensinya jika aku telah berharap lebih padanya. Seminggu kemudian Ia becerita bahwasannya Ia dipindah tugas bekerja di Lubuklinggau. Akupun merasa sangat senang berharap agar ia mengajakku kencan ataupun sekedar jalan-jalan. Ternyata harapanku sudah melambung setinggi itu dan akupun tau kalau harapanku tak tercapai akan benar-benar galau hatiku.
Suatu hari Ia mengajakku jalan-jalan dan akupun merasa sangat senang. Yaa tentu saja aku senang karena diajak oleh dia yang aku idam-idamkan. Selepas pulang dari jalan-jalan Ia selalu mengabariku menanyakan tentang perjalanan yang kami lakukan apakah aku bahagia atau tidak. Yaa tentu saja aku sangat bahagia, tetapi lebih bahagia lagi jika engkau menyatakan cinta kepadaku (gumamku).. sudah semingguan ini kami selalu jalan-jalan, entah itu sekedar menghilangkan jenuh atau sekedar mencari makanan favorit, atau hanya sekedar mengobrol biasa yang bisa membuat kami berdua sama-sama tertawa. Entahlah semakin hari semakin jatuh cinta aku dibuatnya.
Waktu demi waktu berlalu, Aldo mulai berubah ia sering tidak mengabariku, tidak pernah lagi mengajakku jalan. Aku merasa bingung dan sedih dengan sikap Ia yang sekarang. Tepat 2 Agustus 2019, Sebut saja hari itu sebagai hari terakhir rasaku padanya. Akupun beranjak dari tempat tidur dengan lesu karena perubahan sikap Aldo. Seperti biasa aku membereskan rumah dan segera mandi jika semuanya telah selesai. Tak lama kemudian Handphone ku berdering. Kulihat itu pesan darinya. Yaa dari Aldo tepatnya.
“Din, Maaf yaa tidak ada kabar, aku sering lembur kerja dan hari ini aku akan melanjutkan pekerjaan ku yang belum selesai” (jelas Aldo)
“Iya udah lanjutin aja pekerjaan kamu” (jawabku Ketus)
“Kamu jangan marah dong Din, hari ini aku masih ada pekerjaan kalau udah selesai aku bakal ngabarin kamu dan nemuin kamu” (rengek Aldo)
Aku hanya membaca pesan yang Ia kirim tanpa membalasnya. Karena bosan dan mengantuk akhirnya aku tertidur dengan pulas. Aku bangun di sore hari dengan wajah yang sangat lesu karena masih memikirkan Aldo. Segeralah aku membukakan Handphone berharap ada notifikasi darinya. Tapi ternyata tidak ada, malam harinya aku juga berharap hal yang sama tetapi tidak ada pesan masuk satupun dari Aldo. Yang ada temanku yang mengrim pesan mengajak nonton bioskop akupun mengiyakannya karena bosan dirumah. Segeralah aku menonton bioskop dengan temanku. Setelah selesai menonton kamipun keluar dari ruangan tersebut. Nampak jauh dari sana aku merasa seperti melihat sosok yang aku kenal. Yaa aku benar-benar mengenali postur tubuh laki-laki itu, ternyata itu Aldo. Kulihat Ia dengan seorang perempuan yang memegang lengannya dengan cukup erat. Saat itu dadaku terasa sakit dan tubuhku terasa gemetar aku bingung dan sekaligus ingin marah. Tetapi tiba-tiba perempuan yang meggandeng Aldo berjalan sambil tersenyum menatap kearahku. Ia menghampiriku dan mengajakku berpelukan. Setelah aku perhatikan wajahnya ternyata Ia adalah Riska teman lamaku yang sudah jarang bertemu. Riska kemudian menarik tangan Aldo dan berkata..
“Sayang kemarilah, aku ingin memperkenalkanmu dengan teman lamaku yang bernama Dina (Sambil menarik tangan Aldo)
“Aku Dina” (tuturku sambil menyodorkan tangan)
“Aku Aldo” (kata Aldo dengan muka yang tampak gusar dan bingung)
Aku tak ingin berlama-lama disana, Segeralah aku berpamitan dengan mereka berdua dan melangkah pergi dengan langkah yang gontai, berharap ada yang memanggilku berharap ada yang ingin memberikan penjelasan padaku, Setinggi itukah harapanku. Sedangkan temanku yang menemani sedari tadi hanya menatapku dengan perasaan heran dan aku hanya memilih diam. Yaa… Aku lebih memilih diam dengan segala keterpurukan. Mungkin salahku karena terlalu berharap lebih padanya dan ini adalah konsekuensi ku jika ternyata harapan itu adalah Harapan Hampa.

Tentang Penulis: Namaku Herlina yang lahir di Palembang, pada 31 Desember 1996. Menulis adalah hobiku dan menjadi pengusaha sukses adalah cita-citaku. Yaa semudah itu aku mengungkapkan nya padahal perlu waktu untuk meraihnya dan perlu usaha untuk mewujudkannya, Doakan saja semoga keinginan ku terkabul yaa. Saat ini aku sedang menempuh pendidikan di STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Comments
Loading...