education.art.culture.book&media

Pesan Dari Ibu

Pasti takkan ada habisnya jika kita menceritakan kebaikan dan jasa dari seorang ibu. Bahkan dari sejak kita didalam kandungan mereka (kaum ibu), mereka sudah berjasa kepada kita. Ya bagaimana mungkin tidak berjasa jika perutnya membesar karna mengandung kita dan membawa perut yang besar tadi kemana pun ia pergi. Kita (kaum lelaki) belum tentu sanggup jika mengalami masa mengandung seperti itu. Perut yang besar sedikit saja saya sudah merasakan sesak dan begah saat duduk apalagi jika sudah sebesar itu (kandungan ibu). Lepas dari itu tentu perut yang besar tadi harus dikeluarkan isinya (melahirkan). Nah, proses melahirkan itu juga merupakan proses yang sangat sakit. Bagaimana tidak menyakitkan jika rasanya seperti syaraf-syarafnya terasa seperti putus. Proses melahirkan sendiri bisa saja mengorbankan nyawa ibu sendiri.

Terlepas dari hal tadi saya ingin bercerita sedikit tentang saya dan ibu. Dulu sewaktu saja duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyyah atau sama seperti SD. Ibuku selalu mengantarku pergi sekolah walaupun kami hanya berjalan kaki berdua. Ya, wajar saja karna pada saat itu kendaraan belum begitu banyak seperti saat ini. Orang yang memiliki kendaraan pada saat itu termasuk orang-orang yang mampu sedangkan keluarga kami hanya keluarga yang sederhana jauh dari kata mewah. Ia mengantarku dari saya kelas 1 sampe kelas 3 selebihnya saya berjalan sendiri bersama dengan teman-teman saya yang satu sekolah dengan saya.

Sekolah SD saya termasuk sekolah yang baik karna disiplinnya sangat tinggi. Bahkan saat kami duduk dibangku kelas 4 pun sudah pulang jam 5 sore, karena kegiatan disekolah yang begitu banyak tentu begitu baik untuk bekal kami kedepannya. Oleh karena itu, kami diwajibkan membawa bekal untuk makan siang di sekolah. Nah, bekal telur mata sapi selalu diberikan ibu kepadaku. Kadang saya sering mengeluh kepada ibu karena itu-itu saja lauk bekal saya. Pernah sewaktu hari saya tidak memakan bekal saya disekolah karna saya merasa minder karena makan telur terus saat itu. Ya, memang telur termasuk makanan yang mewah bagi keluarga yang sederhana seperti keluarga kami. Karena disekolah tadi saya tidak memakan bekal tentu pulang kerumah nanti saya diomelin ibu, jadi saya memutuskan untuk memakannya di perjalanan pulang. Dulu ditempat saya tinggal masih dikelilingi hutan lebih tepatnya kebun karet, jadi banyak tempat yang bisa digunakan untuk makan bekal pemberian ibu tadi. Nah, ternyata makan dikebun seperti itu membuat saya semakin lahap memakan bekal tadi. Hal tersebut terjadi bukan hanya 1 kali saja, bahkan sering saya lakukan karena nyaman makan di kebun tadi.

Seiring berjalannya waktu, saya juga merasakan bosan makan di kebun tadi walaupun pertama-tama terasa nikmat. Saya ingat dulu saya pernah langsung mengeluh kepada ibu saya karena lauk bekal tadi. “bu, kenapa lauk bekalnya cuma telur terus hampi setiap hari”. Ujarku. Lalu ibuku menjawab “bersyukur nak, karena diluar sana masih banyak yang tidak bisa makan bahkan sekedar makan telur saja mereka tidak sanggup”. “baik,Bu” jawabku. “sekecil apapun, sesederhana apapun, hal tersebut harus kita syukuri Nak, karena hal itu sudah pemeberian dari yang Maha Kuasa” pesan ibuku. Sontak hal itu membuat saya langsung berfikir. Saya secara tidak langsung sadar bahwa rasa bersyukur itu sangat penting. Pesan ibu tadi pun bahkan masih melekat sampai sekarang. Itulah Ibu, bukan main banyaknya jasa kepada anakanya, terkadang ia juga bisa memberikan hal kecil yang sangat bermanfaat kepada anaknya. Itu hanya sedikit cerita baik yang dialami saya selama bersama ibu, tentu masih banyak lagi cerita yang baik lainnya.

 

Namaku Ardi Kurniawan lahir di Lubuk Linggau, 05 September 1997. Saat ini saya masih menempuh pendidikan di STKIP PGRI Lubuk Linggau. Dan saya memiliki cita menjadi orang yang berguna bagi sesama dan bahagia dunia akhirat.

 

Comments
Loading...